Religi  

Merekam Jejak Duka Kakek Hariyadi Sepeninggal Sang Cucu Petugas KPPS

BANJARBARU, KORANBANJAR.NET – Muhammmad Rizaldi menjadi salah satu dari lima ratus lebih petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal di Indonesia. Sejak kematiannya pada Sabtu (27/4/2019) lalu, hingga kini kepergian abadi pemuda 19 tahun itu masih ditangisi keluarganya.

Laporan Jurnalis KoranBanjar.Net, YULIANDRI KUSUMA WARDANI, Banjarbaru

Di rumahnya, Jalan Bina Putra RT 11 Nomor 32, Kelurahan Guntung Payung, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, duka mendalam itu begitu menyeruak terasa.

Kakek Hariyadi adalah salah satu anggota keluarga yang paling lara dibalik kematian cucu tercintanya.

Selain Hariyadi, Muhammad Rizaldi juga meinggalkan seorang nenek, sepasang orang tua serta satu saudara di kematian mudanya.

Saat ditemui koranbanjar.net di rumahnya, Sabtu (18/5/2019), Hariyadi yang merupakan seorang Ketua RT di tempatnya itu, merunut perlahan kisah kepergian Rizal, sapaan akrab cucu tercintanya itu.

“Sesampainya di rumah setelah menyelesaikan penghitungan suara hingga jam 5 subuh waktu itu (Kamis 18 April), Rizal langsung mengeluh sakit kepala. Dia sudah mulai sibuk bertugas sejak tiga hari sebelum pemilu,” ujar Hariyadi.

Mendengar keluhan sakit dari sang cucu, Hariyadi pun mengajaknya ke rumah sakit. Namun petugas KPPS TPS 12 Kelurahan Guntung Payung, Landasan Ulin itu, menolak ajakan kakeknya dengan alasan masih bisa menahan sakit kepalanya.

Satu minggu berselang pasca pemungutan suara, sakit kepala Rizal tak kunjung jua reda. Hingga pada Jumat (26/4/2019), pria lajang itu mengadu kepada neneknya agar dirinya segera dibawa ke rumah sakit.

“Dia mengadu kepada neneknya karena sudah tidak tahan lagi dengan sakit kepalanya,” cerita kakek.

Tentu saja permintaan sang cucu kesayangan lekas dituruti istri Hariyadi. Maklum, menurut Hariyadi, anggota keluarga yang paling disayang dan paling dekat dengan Rizal adalah neneknya.

Rizal pun dibawa ke Rumah Sakit Guntung Payung, Banjarbaru, dan opname selama beberapa hari.

Menghembuskan Nafas Terakhir

Beberapa hari dirawat di rumah sakit, keadaan pria kelahiran Agustus 1999 itupun sempat membaik.

Namun, di siang Sabtu (27/4/2019), kesehatannya kembali menurun. Sakit kepala yang sudah hilang selama beberapa hari lalu kembali menyerang Rizal dari sore hingga malam. Hariyadi menyebut sakit Rizal disertai kejang-kejang.

Hingga pada sekitar pukul 20.00 WITA, Sabtu malam, mahasiswa semester 4 Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarbaru jurusan Ilmu Administrasi Publik itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Guntung Payung, di saat sang nenek masih memijiti tubuh si cucu kesayangan.

Kakek Hariyadi menuturkan, dari keterangan pihak rumah sakit, Rizal mengalami gejala tifus.

Memang, diakui kakek, Rizal pernah mengalami pendarahan pada pembuluh darah sewaktu berusia 5 tahun. Namun menurut Haryiadi, hingga Rizal meninggal penyakit itu sudah tidak ada lagi.

Nenek Rizal memperlihatkan foto Rizal bersama dirinya. Di sampingnya, Kakek Hariyadi mempelihatkan kartu idtentitas petugas KPPS milik Rizal. (foto: ykw/koranbanjar.net)

“Yang kami sayangkan itu dia masih remaja. Tapi ya mau gimana lagi kalau kita punya rencana tapi Tuhan juga yang menentukan. Padahal kalau kami sanggup, kami ingin dia bisa ke S2, sampai sukses pokoknya,” tuturnya.

Latar Belakang Keluarga

Rizal dibesarkan dari keluarga yang sederhana. Ayahnya setiap hari bekerja sebagai tukang kayu dan batu. Sedangkan ibu Rizal, ibu rumah tangga (IRT). Rizal sendiri merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Keluarga kecil itu tinggal satu atap bersama Kakek Hariyadi dan istrinya.

“Rizal orangnya tidak pernah neko-neko (berbuat macam-macam). Keluar malam pun juga jarang, kecuali dihubungi temannya, baru dia keluar,” ujar Hariyadi.

Menjadi KPPS Demi Membantu Orang Tua

Beberapa hari menjelang kematiannya, tak satupun anggota keluarga melihat ada firasat yang aneh dan janggal dari sikap Rizal.

Foto-foto Rizal dari kecil hingga dewasa yang masih disimpan keluarganya. (foto: ykw/koranbanjar.net)

Bahkan sebelum dia memutuskan mendaftar untuk menjadi petugas KPPS, ucap Sang Kakek, Rizal sudah meminta izin dengan sewajarnya.

“Sewaktu meminta izin dia mengatakan, ‘saya ingin belajar mencari uang dan membantu pemilu tahun ini supaya menambah pengalaman’,” tutur Sang Kakek menirukan perkataan cucunya.

Syarat Periksa Kesehatan KPPS

Hariyadi tidak mengetahui persis apakah Rizal pernah diperiksa kesehatannya dalam proses pendaftaran petugas KPPS.

Namun Kakek Rizal mengira, cucunya tidak pernah diperiksa kesehatan saat mendaftar.

“Sebelumnya dia tidak pernah cerita tentang tes kesehatan. Cuman saya juga kurang tahu. Sepertinya tidak ada syarat tes kesehatan. Jadi ya daftar aja,” katanya.

Pelayat Pemakaman Rizal

Setelah meninggal, Rizal lalu dibawa pulang ke rumah. Para pelayat pun mulai berdatangan.

Dikisahkan Hariyadi, para pelayat yang berdatangan mulai dari warga sekitar, sejumlah Komisioner KPUD Banjarbaru hingga KPU Kalsel. Beberapa pejabat penyelenggara pemilu itu juga bahkan memberi karangan bunga dan turut mendoakan jenazah Rizal di rumah duka, Sabtu malam itu.

“Selain itu ada juga yang datang dari pihak kelurahan, Wakil Wali Kota Banjarbaru, Ketua DPRD Banjarbaru. Mereka semua mengucapkan turut berduka cita,” sebut Hariyadi.

Hanya Bisa Pasrah

Meski didatangi sejumlah pejabat, Hariyadi mengaku keluarganya tidak menyampaikan apa-apa terkait kematian Rizal kepada mereka. “Kami hanya bisa pasrah,” ucapnya.

Bahkan terkait bantuan dana yang rencananya akan dicairkan pemerintah untuk menyantuni keluarga petugas KPPS yang meninggal dan yang sakit, keluarga Hariyadi juga tak berharap banyak.

“Katanya dari KPU memang ada santunan, tapi sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya. Kemarin mereka sudah meminta kami menyiapkan berkas, dan sudah kami serahkan semua ke mereka. Kalau memang ada perhatian dari pemerintah ya kita terima, kalau tidak ya juga tidak apa-apa, karena nyawa tidak ada harganya,” ungkapnya.

Pemerintah Revisi Pemilu

Terlepas dari rencana santunan dana, Hariyadi menilai mekanisme pemungutan suara dalam pemilu serentak tahun ini terlalu rumit. Menurutnya pemerintah harus bisa merevisi mekanisme pemungutan suara pada pemilu selanjutnya.

“Jangan lagi terlalu banyak sampai lima macam yang harus dicoblos, dan kalau bisa jangan sampai memakan waktu hingga lembur seperti itu rumitnya,” tandasnya.

Hariyadi mengungkapkan, duka mendalam yang ia rasakan hingga kini bersama keluarganya karena kenangan Rizal tak bisa dilupakan begitu saja.

“Dia sering sekali membantu saya. Banyak sekali kenangannya. Dulu bahkan Rizal pernah bilang kalau dia ingin bekerja membantu orangtua. Rizal satu-satunya cucu kami yang paling besar, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Mungkin kalau bukan karena kelelahan akibat pemilu, pasti dia masih hidup sampai sekarang,” kenangnya sambil meneteskan air mata.

Pemakaman jenazah Muhammad Rizal dilakukan pada Minggu (28/4/2019) siang, di alkah pemakaman warga setempat, tak jauh dari rumahnya.

Pusara Muhammad Rizal, Minggu (28/4). (foto: Keluarga Rizal untuk KoranBanjar.Net)

Selain Rizal, ada lagi dua petugas KPPS di Banjarbaru yang meninggal April lalu. Mereka bertiga menambah deretan panjang kematian petugas KPPS di Indonesia, pasca pemungutan suara serentak tahun ini.

Berdasarkan data dari KPU Kalsel yang diperoleh koranbanjar.net, Jumat (17/5/2019), dalam kurun waktu dua minggu setelah pelaksanaan pemungutan suara serentak 17 April lalu, petugas pemilu yang meninggal di Kalsel mencapai 22 orang. Jumlah tersebut termasuk petugas KPPS yang meninggal.

Ketua KPU Kalsel, Sarmuji, dalam wawancara sebelumnya kepada koranbanjar.net, menyebutkan KPU akan menyerahkan santunan dana Rp 36 juta untuk setiap petugas KPPS yang meninggal.

“Sedangkan untuk santunan yang cacat permanen Rp 30 juta, cacat biasa Rp 18 juta, dan untuk perawatan Rp 8 juta,” katanya.

Namun, tambah Sarmuji, saat ini dana santunan tersebut belum bisa dicairkan karena KPU harus merampungkan verifikasi kepada petugas KPPS yang meninggal dan yang sakit terlebih dahulu.

“Jadi untuk santunan memang belum diserahkan karena belum diverifikasi semua,” ucapnya. (*)