Rintihan atau suara hati pedagang kue kering dan juru parkir Pasar Sudimampir Banjarmasin sungguh membuat hati terenyuh mendengarkan.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Hasil penelusuran media ini, Selasa (17/8/2021) tepatnya di Hari Ulang Tahun ke 76 Republik Indonesia (RI), tampak suasana Pasar Sudimampir sedang lengang.
Hampir semua toko tak ada yang buka, hanya beberapa, seperti 1 toko kain, 1 toko baju dan busana muslim, 1 warung makan Soto Banjar, dan 3 penjual kue kering. Tempat parkir mobil kosong, hanya ada kurang lebih 10 kendaraan roda dua.
Jurnalis koranbanjar.net mendekati seorang lelaki bertopi berbaju kaos putih sedang duduk santai, dekat pos retribusi parkir mobil.
Lelaki bernama Amat ini mengaku bertugas sebagai pengawas sekaligus penjaga keamanan kawasan parkir Pasar Sudimampir.
Ketika ditanya bagaimana situasi perparkiran saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, Amat menuturkan, semenjak adanya kebijakan (PPKM) Level 4, jumlah mobil yang masuk hanya 100 sampai 150, normalnya (sebelum PPKM), mencapai 300 unit mobil memenuhi tempat parkir.
“Sekarang turunnya lebih separuh, 60%. Dari 150 mobil yang masuk, paling 20 mobil pengunjung, sisanya mobil pemilik toko,” ungkapnya.
Menurutnya, justru kondisi di saat PSBB sebelumnya, jumlah mobil pengunjung yang masuk cukup ramai.
“Kalau saat PPKM ini sepi sekali, sangat jauh dibanding pada masa situasi PSBB dulu,” keluhnya.
Sedangkan seorang lelaki berusia lebih tua dari Amat, menjaga parkir motor atau kendaraan roda dua. Namun sejak dalam pengamatan media ini, hampir dapat dihitung jari motor yang masuk.
“Aduh mas sepi banar (sepi sekali), biasa pendapatan kotor Rp500 ribu, sekarang cuma Rp300 ribu, belum lagi setor ke Pos Retribusi, paling – paling bersih 100 ribu,” katanya.
Berbeda dengan mobil sambungnya, kalau motor justru yang paling banyak milik pengunjung ketimbang pemilik toko.
“100 ribu itu belum lagi bayar anak buah yang mengatur posisi motor di parkiran, belum makan, rokok dan lainnya, ” keluhnya.
Sementara penjual kue kering mengaku memilih tidak ingin libur jualan meskipun hari libur nasional dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke 76 tahun atau biasa disebut 17 Agustusan.
“Karena beberapa hari ini sepi banget mas jualan, jadi terpaksa kami tidak libur memilih untuk tetap berjualan,” katanya.
PPKM ini juga berdampak pada pendapatan penjualan kue kering ini, dikatakan Nia dan Rini dua penjual kue kering, sebelum adanya pemberlakuan pembatasan ini, pendapatan satu hari kotor Rp800 ribu.
“Sekarang paling Rp300 ribu itupun masih kotor,” ucapnya seraya berharap, pandemi Covid-19 cepat berlalu dan kembali normal.(yon/sir)