Sepenggal kisah yang dialami salah seorang korban banjir di Desa Tambak Anyar, Kecamatan Martapura Timur, Yani (45), sungguh terdengar memilukan. Di tengah banjir yang mengepung sejumlah wilayah di Kabupaten Banjar membuatnya kesulitan untuk mencari nafkah. Selain rumahnya yang terendam air berbulan-bulan, sepeda motor satu-satunya yang biasa digunakan untuk bekerja sebagai kuli bangunan, malah hilang dicuri saat banjir melanda.
MARTAPURA, Denny Setiawan
Wajah kusut tergambar dari sosok seorang warga Desa Tambak Anyar, Yani. Mengenakan peci putih, dia datang bercerita kepada reporter koranbanjar.net pada Minggu, (2/01/2025). Kesulitan demi kesulitan menghimpit hidupnya dan keluarga. Mulai dari menghadapi kebanjiran, kehilangan sepeda motor sampai urusan makan pun cukup susah.
“Mendekati Tahun Baru kemarin, aku kehilangan sepeda motor. Waktu banjir sudah banjir di rumahku dan sampai sekarang masih banjir. Air setinggi di bawah lutut kalau di dalam rumah,” ujar Yani memulai bercerita.
Di teras rumahku itu, lanjutnya, kalau orang berjalan sudah sangat kedengaran. Apalagi kalau ada yang menggiring sepeda motorku.
”Waktu itu, sepeda motor kutaruh di teras, tetapi besok hari sudah hilang. Entah bagaimana, orang rumah tidak ada yang mendengar kalau kendaraanku dibawa orang, aku pun tidak mendengar jua, entah diangkat si maling atau bagaimana, kami tidak tahu,” ucapnya.
Padahal, imbuhnya lagi, sepeda motor itu satu-satunya yang dimiliki untuk digunakan pergi bekerja sebagai kuli bangunan ke Jalan Trikora Banjarbaru. Dengan hilangnya sepeda motor itu, dia teramat kesulitan berangkat kerja setiap hari.
“Biasanya aku naik sepeda motor itu pergi bekerja, tapi setelah hilang, sulit sekali pergi kerja. Kalau naik taksi, lumayan ongkosnya, pulang pergi itu bisa sampai tiga puluh ribu. Andaikan punya sepeda pancal tidak apa-apa, minimal pergi kerja tidak menggunakan ongkos. Tetapi ongkos beli sepedanya ini lagi susah,” ceritanya.
Selain persoalan tersebut, ujar Yani, di saat musim banjir seperti sekarang, dia juga kesulitan mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Kalau pun mendapatkan bantuan banjir, itu hanya bertahan 1 hari.
“Kemarin ada yang memberikan bantuan, satu bungkus nasi dan lima bungkus mie instan. Jadi, aku makan nasi, sedangkan mie instan untuk istri dan anak. Tapi itu kemarin, entahlah hari ini, kudengar kabar, hari ini mau dikasih bantuan serupa lagi. Tapi belum tahu, sudah dikasih atau belum?” bebernya.
Dengan beberapa kejadian yang menimpa dirinya dan keluarga, Yani hanya bisa berharap, semoga musibah banjir ini cepat berlalu. Kemudian dia bisa menjalani aktivitas seperti biasa. (*)