Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Kolom

Tips Berhenti Merokok, Cerita Seorang Kawan

Harie Insani Putra
549
×

Tips Berhenti Merokok, Cerita Seorang Kawan

Sebarkan artikel ini
Empeng/Rahmatillah sedang bernyanyi saat acara pelatihan jurnalistik usai

Banyak sekali kiat atau tips cara berhenti merokok. Namanya tips, ada yang berhasil dan tidak. Tergantung pribadi masing-masing. Termasuk saya, sebagai perokok kelas berat, bukan berarti saya tidak pernah mencoba salah satu tips berhenti merokok. Apakah berhasil?

 

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Oleh: Harie Insani Putra

—–

Ya, tapi hanya sebentar! Paling lama hanya bertahan 2 minggu. Setelahnya, ngepul lagi seperti kereta api. Sambung puting, ujar urang Banjar.

Namun, beberapa hari lalu saya bertemu salah seorang teman. Dia berprofesi sebagai wartawan di koranbanjar.NET. Nama akrabnya, Empeng. Entah apa yang melatarbelakangi sehingga dia dipanggil dengan sebutan nama tersebut? Saya menebak saja. Bisa jadi itu panggilan sayang dari mantan kekasihnya sewaktu SMA dulu. Padahal, nama aslinya lebih macho dan keren, Rahmatillah.

Saya cukupkan sampai di situ saja pembahasan soal nama. Khawatirnya, jika berpanjang lebar, saya diduga tendensius dan berujung Pasal 310 ayat 1 KUHP soal pencemaran nama baik. Pokoknya seram banget pasal ini. Perlu jantung yang kuat, minimal bersiap-siap membuat video ucapan permintaan maaf dan diviralkan.

Singkat cerita, kami bertemu dalam sebuah acara pelatihan jurnalistik koranbanar.NET. Dia datang sedikit terlambat.

Di dalam sana acara sudah berlangsung 15 menit. Sementara itu, saya mendengarkan dari luar sambil merokok. Minimal, begitulah cara saya menghormati teman-teman yang tidak merokok. Mencari tempat kosong agar tidak menjadikan mereka sebagai perokok pasif.

Empeng lantas menghampiri, duduk di samping saya. Kami sempat asyik membicarakan tentang materi yang akan dibawakan. Rupayanya itu tak berlansung lama. Kami terdiam sejenak. Ia pun lantas menceritakan tentang dirinya yang berhasil berhenti merokok.

Terlihat ia sangat antusias menceritakan keberhasilannya itu. Saya pun menghujaninya dengan rentetan pertanyaan. Awalnya saya curiga, apakah sebelum ini dia sempat sakit keras sehingga memutuskan berhenti merokok?

Banyak orang berhenti merokok setelah babak belur menahan sakit. Biasanya, berhari-hari tergeletak di ranjang rumah sakit membuat sedikit terbiasa untuk tidak merokok.

Lidah juga merasa pahit dan tidak nyaman. Meski ada juga yang sedang sakit tapi tetap saja merokok. Minimal, dari pengalaman pribadi yang sempat berhenti merokok selama 2 minggu, disebabkan karena sakit.

Dari alasan itulah saya curiga. Apakah sebelumnya Empeng sempat mengalami sakit keras sehingga memutuskan untuk berhenti merokok?

Ternyata, tidak ada riwayat itu. Dia bilang, hanya karena niat. “Ulun beniat kalau nanti umur 40 sudah berhenti merokok. Sekarang baru 38 dan berhasil,” ucapnya dengan sumringah sambil memandangi pepohonan di depan sana.

Jujur, saya masih sulit percaya dengan alasan yang diberikan. Benarkah hanya karena niat? Maksud saya, sebuah niat yang berangkat dari rasa khawatir, takut atau cemas dengan kondisi kesehatan?

Bisa juga dia sedang berhitung tentang harga rokok yang mahal, jika ditabung bisa untuk membeli helikopter atau kapal selam. Namun, saya tak tega mencecar terlebih jauh. Saya memilih mendengarkan ceritanya saja.

“Istri ulun pun sempat terkejut,” ujarnya bersemangat. Saya manggut-manggut saja dan membiarkan dia terus bercerita.

“Awalnya memang susah sekali. Ulun batasi merokok hanya setelah makan saja. lambat laun, saya kurangi hingga tidak merokok lagi,” begitu kenang Empeng saat perjuangannya menahan serangan nikotin.

Dari sekian panjang cerita yang diutarakan, bisa diketahui keberhasilan Empeng berhenti merokok murni karena niat. Ia sudah membuktikan bisa menahan godaan rokok dengan niat dan tekad yang kuat. Artinya, semua berawal dari niat.

Ia mengaku tubuhnya terasa lebih ringan. Bernafas juga lebih nyaman. “Tubuh terasa ringan dan bernafas lebih enak,” ujarnya menceritakan dampak positif setelah berhenti merokok.

Sepanjang acara, saya hampir selalu memperhatikan gerak-geriknya. Saat teman-teman lain asyik berbincang sambil merokok, ia justru sibuk nyemil kacang rebus. Mungkin itu adalah efek ketika tidak lagi merokok. Nafsu makan lebih kuat. Dengan kata lain, bisa membuat badan yang kurus menjadi gemuk.

Sampai akhirnya, di sela-sela obrolan kami, ia seperti ingin menegaskan bahwa umur 40 rawan penyakit dan penting untuk menjaga kesehatan.

“Selain berhenti merokok, ulun pun berhenti mengonsumsi gula,” pungkasnya menggebu-gebu seperti sedang merayakan kemenangan dalam hidupnya. Tidak merokok, tidak gula! Sebagai teman, saya pun hanya bisa mengucapkan selamat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh