Awalnya, sambung Alimun, dia ingin mendirikan sebuah cafe, namun Mantuil masih suasana kampung tidak cocok untuk sebuah tempat nongkrong atau bersantai ala cafe.
“Harga makanan maupun minuman pun kita standar aja, menyesuaikan harga warung-warung makan yang ada di wilayah Mantuil, sesuai kantong warga sini lah,” tuturnya.
Adapun nama Datoe Badoek, terangnya, berawal dari usulan kawan-kawan yang ada di grup WhatsApp. Alimun mengaku menjadi anggota dari puluhan grup Whatsapp yang ia ikuti.
Namun ternyata tidak cuma dari usulan teman-temannya, melainkan ada kejadian aneh yang ia alami. Ketika berada di dalam kamar berkhalawat, terdengar sebuah suara di telinganya yang mengatakan “pakailah namaku”
“Ternyata yang bersuara itu adalah Datoe Badoek, seluruh bulu kudukku berdiri, akhirnya aku namakanlah Warung Datoe Badoek Kalimantan,” cerita Alimun yang mengaku ada darah Martapura yang mengalir dalam dirinya.
Sekilas mengenai siapa Datoe Badoek atau dalam sejarah disebut Datu Bedok. Konon diceritakan, dia adalah seorang dari bangsa jin yang menjadi salah satu murid Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datuk Kalampayan) Martapura, ketika mengajar di Masjidil Haram.