Di kawasan Ekowisata Jembatan Pulau Bromo, Jalan Tembus Mantuil, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan terdapat sebuah warung makan sederhana yang belum lama ini buka. Uniknya, warung makan ini dinamai Warung Datoe Badoek. Usut punya usut, ternyata nama warung itu diperoleh pemiliknya saat melakukan khalwat.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Pemilik warung Datoe Badoek Kalimantan (DBK), Alimun Hakim kepada media ini, Selasa (7/9/2021) menceritakan, warung ini dibuka bersamaan diresmikannya Jembatan Wisata Pulau Bromo, 5 Juni 2021 lalu.
“Begitu Jembatan Pulau Bromo dibuka untuk umum, warung kita pun jalan,” ujarnya
Selain untuk menambah pemasukan kantong sendiri, menurut Alimun, karena kawasan Mantuil sangat berpotensi dalam mengembangkan wisata lokal Banjarmasin.
Lantas apa keuntungan yang didapat bagi warung ini, Alimun berasumsi, semakin ramainya warga Banjarmasin maupun luar wilayah mengunjungi Mantuil karena tertarik dengan Ekowisata Jembatan Pulau Bromo, maka ada kemungkinan menambah omset warungnya.
“Kebetulan saya juga senang dengan kawasan Mantuil karena nuansa alaminya masih sangat kental, masih banyak hutan dan sawah,” tuturnya.
Menariknya, tokoh masyarakat dan menjadi aktivis di beberapa organisasi ini mengaku memiliki datuk (orang tua dari kakek) yang menjadi salah satu tokoh di Mantuil pada masa tahun 70 an.
“Kebetulan datuk kita yang perempuan dan sudah berpisah dengan suaminya, lalu merantau ke sini (Mantuil) dan memiliki rumah lanting bambu sambil berjualan alat pancing, dan peralatan pertanian, beliau biasa dipanggil Ma Isun,” tuturnya.
Dikatakan, setelah melihat banyaknya potensi yang bakal digali di kawasan Mantuil, khususnya kawasan Ekowisata Jembatan Pulau Bromo, akhirnya laku atau tidak laku kata Alimun itu persoalan belakang.
“Yang penting warung berdiri dulu, perlahan sambil ditata ke depan, alhamdulillah sampai sekarang warung ini sudah lumayan banyak yang kenal dan mampir, baik hendak makan atau cuma rehat sambil minum kopi,” ungkapnya.