BANJARBARU, koranbanjar.net – Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Masda TNI Purnawirawan Bonar Hutagaol, mengatakan permasalahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) harus memerlukan kepedulian dan perhatian ekstra dari pemerintah daerah. Terutama dalam mengatasi kesulitan air.
“Perlu adanya bantuan untuk membuat kanal atau embung, sehingga pada musim hujan, air dapat tertampung dan bisa dimanfaatkan untuk penyiraman pada saat panas (musim kemarau) seperti ini,” ujarnya usai rapat karhutla, Kamis (12/9/2019) lalu, di Lanud Sjamsudin Noor.
Baca juga: BPBD Mulai Kesulitan Padamkan Api, BNPB: Pemerintah Daerah Harus Peduli
Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani, saat ditemui koranbanjar.net untuk menanggapi hal itu, mengatakan Banjarbaru sudah memiliki enam embung.
“Itu sudah kita lakukan, tapi kita memiliki lahan gambut yang mudah terbakar. Masih banyak juga lahan kosong yang jauh dan tidak ada penduduknya. Tapi kalau sudah ada pemukiman, Insya Allah bisa lebih cepat terjaga,” katanya usai salat Istisqa di lapangan Murjani Banjarbaru, Rabu (18/9/2019) pagi tadi.
Selama dua tahun ini dia mengaku terus menambah peralatan pemadam kebakaran. “Tapi peralatan BPBD fungsinya bukan fungsi damkar (pemadam kebakaran). BPBD adalah penanggulangan bencana. Pemadaman itu ada di unit kerja tersendiri, yaitu pemadam kebakaran. BPBD memang pada saat keadaan darurat bisa membawa tangki kecil, peralatan itu yang lebih mengena,” ujarnya.
Menurutnya, semaksimal apapun upaya yang dilakukan damkar, tidak akan kuat menangani titik api pada karhutla.
“Sebab, pada saat bersamaan bisa ada lima titik lokasi kebakaran. Jadi pemadaman api di satu lokasi belum selesai, di lokasi lain sudah ada api lagi. Ya memang kondisinya saat ini sudah benar-benar darurat,” tuturnya.
Bagaimana dengan upaya membentuk hujan buatan?
Secara implisit Nadjmi menjawab upaya membentuk hujan buatan sulit dilakukan. Sebab, menurutnya hal itu tentu akan menelan biaya besar dan harus memiliki potensi serta daya dukung yang kuat.
“Hujan buatan baru bisa dilakukan ketika volume awan yang terkumpul cukup. Tapi sebenarnya upaya (hujan buatan) itu sangat mahal,” paparnya.
Dari segi pendanaan, dia mengungkapkan Pemko Banjarbaru sudah mengelontorkan anggaran tambahan untuk biaya tanggap darurat karhutla.
“Kalu tidak salah ada sekitar Rp 300 juta. Teknis penggunaannya BPBD (Banjarbaru) yang menyusun programnya,” lanjutnya.
Baca juga: Biaya Penanganan Karhutla Tak Sedikit
Sementara untuk kondisi kabut asap di Banjarbaru dalam tiga hari terakhir, Nadjmi menyebut sudah tak berkabut dibanding beberapa hari lalu. Sebab, dikatakannya, jika tidak ada kebakaran har ini, keesokan harinya tidak akan ada kabut asap.
Baca juga: Ketua DPRD “Speecheless” Ditanya Sikap Pemerintah Tangani Karhutla
“Kecuali ada kabut asap kiriman dari kabupaten tetangga. Sementara ini beberapa titik di Banjarbaru sudah terjaga. Meskipun masih memungkinkan api akan membesar kalau tidak dijaga. Intinya, kondisi yang terjaga saat ini jangan sampai muncul api,” tandasnya. (ykw/dny)