Religi  

Teladan yang Bisa Dipetik dari Tuan Guru HM Salman Jalil; Guru yang Belajar Kepada Murid

Tuan Guru Salman Jalil (kanan) bersama Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul Martapura, Kalsel. (foto: ist)
Tuan Guru Salman Jalil (kanan) bersama Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul Martapura, Kalsel. (foto: ist)

Ulama Banjar, Tuan Guru HM Salman Jalil adalah seorang tokoh ulama yang memiliki ketawadhuan luar biasa. Meski pernah mendidik Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul semasa sekolah di Ponpes Darussalam Martapura, namun di hari tuanya, Tuan Guru Salman Jalil justru belajar kepada muridnya, Guru Sekumpul.

MARTAPURA, koranbanjar.net – Tuang Guru Salman Jalil memiliki nama lengkap Tuan Guru HM.Salman Jalil bin Syaja’ah (Abdul Jalil bin Amaq) binti Hj. Antung Aisyah binti Tuan Qadi H. Muhammad Amin bin Tuan Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Tuan Guru HM. Salman Jalil dikutip Alif.id, dilahirkan di kampung Dalam Pagar pada malam Kamis bulan Safar 1335 H. Dia termasuk salah seorang ulama yang mempunyai himmah yang kuat dan kemauan keras untuk belajar dengan segala kedisiplinan.

Sedemikian kuat dan kerasnya kemauannya dalam belajar hingga rela berpisah dengan kedua orangtua, meskipun masih belia demi mengikuti pamannya Tuan Qadi HM. Thaha pergi ke Pariaman, Sumatera Barat.

Setelah dewasa Tuan Guru Salman Jalil pergi menunaikan ibadah haji ke Haramain (Makkah dan Madinah) sekaligus menuntut ilmu di sana. Lebih kurang 12 tahun dia bermukim di Makkah bersama sepupunya Tuan Guru H.Abdurrahman Ismail.

Di antara guru-guru Tuan Guru Salman Jalil sebelum ke Makkah adalah Tuan Qadi HM. Thaha, Tuan Guru H.Ismail Khatib, Tuan Guru H.Abdullah, Tuan Guru H.Acil Lamak, Tuan Guru M. Anwar, Tuan Guru H. Bajuri, Tuan Guru H. Khalid, Tuan Guru H. Zawawi (Martapura) dan Sutan Darap (Pariaman).

Guru-guru Tuan Guru Salman Jalil

Kemudian, di antara guru-gurunya selama bermukim di Makkah adalah Syekh Umar Hamdan, Syekh Hassan Masysyath, Syekh Abdul Kadir Mandailing, Syekh Yasin Padang, Syekh Abdullah al-Bukhari, Syekh Jamal Lampung, Syekh Muhyiddin al-Bukhari, Syekh Hasan al-Yamani, Syekh Mukhtar Makhdum, Syekh Zakaria Bila, Syekh ‘Ishmah al-Bukhari, Syekh Ja’ far Kasiry, Syekh Muhammad al-‘Araby, Syekh Saifullah Turki, Syekh Ubaidillah Turki, Syekh Abdullah Fattah Rawa, Syekh Syafi’i, Syekh Idrus al-Baar, Syekh Abdul Kadir al-Baar dan Syekh Ba-akur al-Baar.

Di haramain, Tuan Guru Salman Jalil juga sempat belajar kepada Kiyai Falak, Tuan Guru H. Hanafi Gobet, Tuan Guru H. Abdussyukur (Mu’allim Syukur, Teluk Tiram), Tuan Guru H. Anang Sya’rani Arif, Syekh Abdul Kadir Taufiq Syalabi dan Tuan Guru H. Syarwani Abdan (Guru Bangil).

Dalam satu kesempatan, Syekh Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Guru Sekumpul pernah mengatakan, Tuan Guru Salman Jalil sudah mempunyai ilmu yang lengkap, baik ilmu keduniaan maupun ilmu keagamaan, ilmu politik, ilmu mantik, matematika, dan ilmu fiqih, ilmu kalam, ilmu tasawuf dan ilmu lainnya, terutama ilmu falak yang menjadi keahliannya. Khusus ilmu Falak, kata Guru Sekumpul, beliau ini nomor dua di Indonesia, sesudah nomor satunya adalah seorang ulama dari daerah Kudus (Jawa Tengah). Namun untuk di Kalimantan saat itu beliaulah ahli falak nomor satu bersama-sama Tuan Guru H.Hanafi Gobet.

Setelah pulang dari Haramain, Tuan Guru Salman Jalil aktif mengajar sambil menjabat sebagai Kepala Pengawas Pengadilan Agama se Kalimantan. Selain mengajar di PP. Dalam Pagar, dia mengajar pula di PP. Darussalam dan saat itu dikenal sebagai Guru Falak, lantaran sangat menguasai ilmu falak.

Masih Menuntut Ilmu 

Sekitar tahun 1970, Tuan Guru Salman Jalil minta pensiun dari kegiatan mengajar dan menghabiskan waktu untuk konsentrasi kembali belajar, terutama kepada kawan semasa menuntut ilmu di Makkah, Tuan Guru Seman Mulya yang kelak menjadi menantu, juga kepada Syekh Muhammad Zaini Ghani (Guru Sekumpul) mantan murid beliau sewaktu tsanawiyah di PP Darussalam Martapura.

Tuan Guru Salman Jalil tak mengenal lelah demi menuntut ilmu walaupun umurnya sudah tua dan sedang sakit yang menyebabkan badan bengkak-bengkak, tetapi dia tetap menyempatkan diri hadir menuntut ilmu di majelis pengajian Guru Sekumpul. Begitulah ketawadlu’an dan himmah Tuan Guru Salman Jalil dalam menuntut ilmu karena dia sangat menghayati dan berpedoman pada Hadis Nabi Muhammad Saw: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat (kematian)”.

Di samping memperoleh kemuliaan dunia akhirat sebagai ulama, juga mendapat menantu seorang waliyullah yaitu, Tuan Guru H Seman Mulya (paman dari Abah Guru Sekumpul) dan pula diberikan anugerah berupa anak-anak yang saleh lagi alim yang menjadi tokoh ulama di Martapura yakni, yakni Tuan Guru H. Khatim Salman, Tuan Guru H. Wildan dan Tuan Guru H. Sa’dudin.

Beliau wafat 16 Rajab 1420H/2000M dan dimakamkan di Kubah Sekumpul. Jadi makam yang ada di Sekumpul sekarang adalah makam Tuan Guru H. Seman Mulya (Guru Seman) Tuan Guru Syekh Muhammad Zaini Ghani (Guru Sekumpul) dan Tuan Guru H Salman Jalil (Guru Salman).(koranbanjar.net)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *