Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Religi

Sekilas Riwayat Kyai Gede, Penyebar Islam di Kotawaringin Hulu, Memindah Masjid Sendirian

Avatar
6323
×

Sekilas Riwayat Kyai Gede, Penyebar Islam di Kotawaringin Hulu, Memindah Masjid Sendirian

Sebarkan artikel ini
Makam Kyai Gede atau Habib Abdul Qadir Assegaf di Kotawaringin Hulu, Kalimantan Tengah. (foto: yanda)
Makam Kyai Gede atau Habib Abdul Qadir Assegaf di Kotawaringin Hulu, Kalimantan Tengah. (foto: yanda)

Kyai Gede memiliki nama asli Habib Abdul Qodir Asseggaf. Dia merupakan penyebar agama Islam di Kotawaringin Hulu, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Tokoh ulama yang satu ini berasal dari Demak, kemudian hijrah ke Gresik, Jawa Timur, berikutnya ke Banjarmasin hingga ke Kotawaringin Hulu.

KALTENG, koranbanjar.net – Di masa Kerajaan Banjar, pemerintahan Pangeran Suriansyah, Kyai Gede sempat bermukim di Kota Banjarmasin. Oleh Pangeran Suriansyah, Kyai Gede diminta untuk hijrah ke Kotawaringin Hulu untuk menyebarkan Islam, hingga bermukim dan Bermakam di Kutaringin.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Menapaki tempat wisata religi di Pulau Borneo, salah satunya adalah makam Kyai Gede yang terletak di Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kyai Gede berasal dari Demak, hijrah sampai ke Kotawaringin Hulu tanpa membawa serta istri. Istrinya bermakam di Gresik, Jawa Timur.

Warga Kota Pangkanlan Bun, Fahrian menceritakan sekilas sejarah Kyai Gede. Menurutnya, Habib Abdul Qadir Assegaf diberi gelar Kyai Gede, karena memiliki tubuh yang sangat besar. “Masjid Jami yang ada di area perkampungan ini didirikam Kyai Gede,” ucapnya.

Konon, lanjut dia, letak Masjid Jami pertama kali dibangun berada di Pedalaman Kalimantan, kemudian dipindah ke Kotawaringin Hulu sendirian,” imbuhnya.

Masjid Jami yang dibangun Kyai Gede di Kotawaringin Hulu, Kalimantan Tengah. (foto: yanda)
Masjid Jami yang dibangun Kyai Gede di Kotawaringin Hulu, Kalimantan Tengah. (foto: yanda)

Di area pemakaman juga berdiri sebuah Astana Al Noorsari, gedung berisi situs bersejarah peninggalan kerajaan zaman dahulu. Beberapa makam yang terlihat di sana semua beurukaran normal, hanya makam Kyai Gede yang berukuran sangat besar.

Saat pemakaman, sebelum dimasukkan ke dalam kubur, tubuh Kyai Gede dilipat menjadi 3 agar cukup untuk dimasukkan. “Menurut cerita, ukuran tubuh Kyai Gede dada sebesar 7 depa,” tuturnya.

Sepeninggal Kyai Gede, masyarakat di Kotawaringin Hulu banyak yang beragama Islam, konstruksi masjid pun masih asli dengan kayu ulin yang terlihat masih kokoh dengan ukiran zaman dahulu.(myr/sir)

Respon (3)

  1. Kyai gede bukan Bani Alawiyah. Karena jaman itu belum ada Bani Alawiyah ke Indonesia. Mijon di kaji ulang, Sultan Demak tidak pernah mengutus seorang habib manapun ke luar Jawa. Jaman itu nggak ada Bani Alawiyah di Indonesia. Mojon koreksi sejarahnya

  2. harus di verifikasi dengan benar supaya jelas dan gamblang,tidak ada uraian dari riwayat,maupun bigrafinya,supaya tidak terjadi miss ,tolong cari info.pastinya pemakaman ini sudah sangat lama pasti ada cerita dari masyarakat kotawaringan yg valid

Tinggalkan Balasan ke Rock Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh