KOTABARU, koranbanjar.net – Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotabaru Khairian Asyari menyatakan, pihaknya akan menindaklanjuti sejumlah ranjau aktif yang terpendam di dasar laut di kawasan siring Kotabaru, sisa peninggalan tentara Jepang pada Perang Dunia kedua.
“Akan kita laporkan ke bupati terkait penyapuan ranjau itu. Itu proses pertama yang akan kami lakukan,” ujarnya kepada koranbanjar.net, Senin (14/10/2019) siang tadi.
Baca juga: Fakta Di Balik Keindahan Siring Kotabaru, Ternyata Ada Banyak Ranjau Aktif
Disbudpar Kotabaru, lanjut Khairian, saat ini sedang menyusun kawasan sebaran ranjau sebagai dasar laporan ke bupati, dan untuk acuan perhitungan anggaran operasi pengangkatan ranjau yang rencana akan dilakukan oleh anggota TNI AL Kotabaru.
Selain menyusun kawasan sebaran ranjau, Disbudpar juga akan bersurat ke Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) Kotabaru. Surat dimaksudkan untuk memohonan survei sebaran ranjau.
Terkait angaran operasi pengangkatan ranjau, disebutkan Khairian, telah disiapkan secara tersendiri dari pemerintah daerah Kabupaten Kotabaru.
“Untuk total anggaran belum bisa ditentukan. Pihak Lanal juga masih belum bisa memastikan anggarannya. Itu nanti tergantung area yang akan kita bersihkan seperti apa. Peritungan anggarannya nanti dilanjutkan dari Mabesal,” terangnya.
Setelah semua proses surat-menyurat dan persiapan dari Disbudpar Kotabaru beres, barulah operasi pengangkatan ranjau siap dilakukan.
Baca juga: Rencana Perpanjangan Siring Kotabaru Terkendala Ranjau Aktif Peninggalan Jepang
Diberitakan sebelumnya, keberadaan ranjau aktif itu mengakibat tertundanya rencana pengembangan siring laut Kotabaru. Pengembangan siring yang pada perencanaan sebelumnya akan dilaksanakan pada 2020 itu berupa pembangunan titian laut sepanjang 70 meter dan pendirian masjid terapung. (cah/dny)