Religi  

Guru Sekumpul Sebut Guru Cantung; Wali Allah Penjaga Wilayah Cantung Kotabaru

Tuan Guru Muhammad Dachlan atau Tuan Guru Cantung, Kotabaru Kalsel. (foto: ist)
Tuan Guru Muhammad Dachlan atau Tuan Guru Cantung, Kotabaru Kalsel. (foto: ist)

Tuan Guru H. Muhammad Dachlan bin Achmad Abbas adalah salah seorang wali Allah yang tinggal di sekitar perbukitan Desa Cantung, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Dia bergelar Tuan Guru Cantung, sesuai dengan domisili tinggalnya. Kewalian ulama ini telah diakui Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul, hingga disebut Wali Allah Penjaga Wilayah Cantung.

KOTABARU, koranbanjar.net – Tuan Guru Cantung lahir pada 14 Agustus 1932 di Amuntai. Dia pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, Kabupaten Banjar.

Dikutip dari Alif.id, Tuan Guru Cantung panggilan yang populer dimiliki H.Muhammad Dachlan bin Achmad Abbas. Semasa hidup, ulama Banjar ini sering didatangi Guru Sekumpul dengan rombongan dan lazim bermuzakarah serta saling mendoakan di antara keduanya dalam tempo yang cukup lama.

Biasanya, jika seorang ulama didatangi Tuan Guru selevel Guru Sekumpul, apalagi terhitung dalam frekuensi sering (rutin atau intensif) dan dalam durasi lama, bisa dikatakan ulama tersebut punya kelebihan atau bahkan kuat secara ruhaniyah.

Tuan Guru Cantung memang ulama yang menonjol kealiman dan kesalehannya di antara ulama-ulama lain yang ada di sekitarnya. Wilayah pengaruh beliau tidak saja sudah menembus batas demarkasi teritorial Desa Cantung dan Kabupaten Kotabaru, tetapi sudah mencapai propinsi  Kalimantan Selatan, bahkan tingkat regional Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat).

Wajar jika Tuan Guru H. Taberani Baseri waktu itu selaku Ketua Tanfidhiyah PWNU Kalimantan Selatan periode 1998-2003, telah menunjuk dan memasukkan Tuan Guru Cantung sebagai salah satu unsur Ketua Syuriah PWNU Kalimantan Selatan.

Tuan Guru Cantung lahir pada 14 Agustus 1932, di Amuntai. Pernah menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura sebagai murid yang hidupnya sangat prihatin. Hal ini sempat diketahui Tuan Husin Qadri, salah satu gurunya di Ponpes Darussalam yang mengarang kitab Senjata Mukmin. Guru Cantung muda disuruh Guru Husin mengipasi tubuhnya selepas mandi. Usai mengipasi sang guru, Guru Cantung diberi uang untuk membeli beras.

Makam Tuan Guru Muhammad Dachlan (Guru Cantung) di Desa Cantung, Kotabaru, Kalsel. (foto: akun fb my stroy in the bamega)
Makam Tuan Guru Muhammad Dachlan (Guru Cantung) di Desa Cantung, Kotabaru, Kalsel. (foto: akun fb my stroy in the bamega)

Konon Guru Cantung disuruh guru utamanya, Tuan Guru Seman Mulia untuk mengasingkan diri di tempat yang jauh. Dia berangkat menuju sebuah bukit di kawasan Cantung, Kotabaru. Di sana dia sempat bekerja sebagai Pegawai Departemen Penerangan, tapi tak berapa lama dia berhenti agar dapat berkonsentrasi dalam bidang rohani.

Ia membangun tempat kediaman di sana sekitar tahun 1980-an, kemudian membuka pengajian sendiri di Masjid Al-Mustaqim, Cantung. Pengajian seputar tafsir Alqur’an digelar setiap malam Jum’at dan selalu dipenuhi masyarakat Cantung dan sekitarnya.

Masyarakat menyenangi pengajian Tuan Guru Cantung, karena gaya bahasanya sangat sederhana, mudah dipahami dan mengena di hati. Tutur katanya lemah lembut baik dalam pengajian maupun saat bergaul sehari-hari. Meskipun begitu, dia tetap rendah hati, tak gengsi hadir di pengajian orang lain.

Tuan Guru Cantung juga sering hadir di pengajian Abah Guru Sekumpul, baik yang masih di Keraton maupun yang di Sekumpul. Dia suka duduk dipojok, berada di sudut belakang menyembunyikan diri. Guru Sekumpul menyebutnya sebagai Pagar Cantung yakni, wali Allah yang menjadi penjaga dan pelindung Cantung. Tuan Guru Cantung wafat pada 15 Mei 2004 M/24 Rabiul Awwal 1425H.(koranbanjar.net)

Sumber Naskah: Tim Penulis LP2M UIN Antasari Banjarmasin dan MUI Provinsi Kalimantan Selatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *