Pendakian nasional merah putih (PNMP) puncak Gunung Halau-Halau, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) dilaksanakan gabungan mahasiswa pecinta alam di Kalimantan Selatan, Kamis (17/8/2023).
PITRIYADI, HULU SUNGAI TENGAH
AGUSTUS bukan hanya jadi bulan merdeka buat Indonesia tapi juga jadi bulan merdeka bagi seluruh pecinta alam se-Indonesia.
Tiap tahunnya, pecinta alam Kalimantan Selatan terus mengadakan PNMP di hari kemerdekaan tepatnya di tanggal 17 Agustus.
Dalam PNMP itu pecinta alam melakukan upacara pengibaran bendera merah putih, kali ini pengibarannya di puncak gunung halau-halau, puncak tertinggi di Kalimantan Selatan (Kalsel) dengan ketinggian 1901 meter di atas permukaan laut (mdpl).
PNMP tahun 2023 ini diikuti ratusan peserta dari berbagai penjuru di Indonesia, termasuk juga penulis.
Kemudian, salah satu peserta yaitu Akhmad Saufi dan temannya dari Mahasiswa Islam Pecinta Alam (Mahipa) Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Martapura, Kabupaten Banjar, ikut serta dalam PNMP yang diselenggarakan Mapala Uniska Banjarmasin.
Akhmad Saufi atau yang sering disapa Jumar ini mengatakan, Salah satu kegiatan yang membuat seluruh pecinta alam berkumpul sebagai ajang silaturahmi.
“Kalo kita biasa ajang silaturahmi di Kalimantan Selatan (Kalsel) ada namanya balai silaturahmi pecinta alam se-Kalimantan Selatan (Balapaks) kali ini bisa disebut skalanya nasional karena seluruh pecinta alam se-Indonesia yang mengikuti kegiatannya,” katanya.
Mahasiswa yang masih aktif berkuliah yang sekarang semester 5 di Fakultas Tarbiyah ini mengungkapkan, Pesertanya pun ada dari luar Kalimantan seperti Sulawesi, Gorontalo, Palembang, dan lainnya.
Adapun dari daerah dari Kalimantan berdekatan dengan Kalimantan Selatan juga ada, seperti Samarinda, Sampit, Palangkaraya dan banyak lagi.
“Dalam mendaki puncak halau-halau itu yang pastinya melelahkan karena harus membawa carier yang isinya macam-macam,” ungkapnya saat diwawancara, Sabtu (19/8/2023).
Pendapatnya terkait kegiatan tersebut, lelah tapi tetap seru karena bisa sampai puncak, menjadi pengalaman menarik bagi dia.
Dan sebelum masuk organisasi mahasiswa pecinta alam (Mapala), Akhmad Saufi sendiri memang suka naik-naik gunung walaupun melelahkan, cuman keseruannya lebih beda, karena ini terkumpul orang banyak ketika mendaki gunung.
Untuk pendakian nasional yang mereka jalani kemarin itu, khususnya mereka sebagai orang-orang pecinta alam lebih mengerti ilmu-ilmu pendakian, contoh dari barang bawaan yang diperhatikan lagi, manajemen perjalanannya.
Kata dia, karena ulun (saya) melihat kemarin itu ada beberapa orang yang terpisah dari rombongan, ada lebih dulu dari rombongan ada juga lambat dan pendaki itu gaduh sendiri akhirnya.
“Dan ada juga yang trekking malam, itu kan tidak dianjurkan bagi kita (Pecinta Alam), karena bisa berisiko bagi orang itu, apalagi itu kan hutan,” katanya.
Saufi mengeluhkan akan dirinya sebagai peserta yang berangkat pendakian nasional merah putih (PNMP) ini tidak ada sodoran dana dari instansi-instansi pemerintah, kampus, kami hanya mendapat dana dari kas organisasi dan ada beberapa sumbangsih anggota lain.
Harapan dia, untuk pendakian nasional merah putih itu bisa lebih baik lagi dan lebih meriah, khususnya lebih nyaman bagi peserta-peserta lain yang mengikuti.
Dan harapan kami juga, karena Mahipa IAID terpilih menjadi fasilitator PNMP tahun selanjutnya, sebisa mungkin kami sebagai panitia tahun depan, kami inginkan nantinya peserta merasa nyaman dengan kegiatan kami.
Dan lebih meriah dari tahun sebelumnya dan mendapat sodoran dana yang sesuai untuk membawa nama baik instansi Kabupaten Banjar, kampus, dan khususnya organisasi dalam memeriahkan penyelenggaraan pendakian nasional merah putih untuk seluruh pecinta alam di Indonesia. ***