KOTABARU, koranbanjar.net – Dampak kekeringan akibat kemarau masih saja terjadi di Kotabaru. Bahkan hujan yang sempat beberapa kali turun pun tak berpengaruh banyak pada debit air di waduk PDAM.
Akibatnya, distribusi air bersih kepada para pelanggan PDAM masih tak bisa dijalankan.

“Memang ada sempat air baku masuk dan sempat kami distribusikan ke wilayah Desa Semayap, tapi masih tidak mampu ke wilayah IPA (instalasi pengolahan air) kami,” kata Plt Kabag Humas PDAM Kotabaru, Syarwani, kepada koranbanjar.net, Selasa (15/10/2019).
Air baku yang masuk, lanjut Syarwani, sempat mencapai ketinggian 50 centimeter, namun hanya bisa mencapai wilayah IPA Gunung Ulin. Sedangkan dua wilayah IPA lainnya, yakni IPA Gunung Reli dan Gunung Perak, tak bisa terpenuhi.
Baca juga: Akibat Kekeringan, Distribusi Air PDAM Di Pulau Laut Dihentikan 3 Bulan
“Sampai sekarang ketinggian air hanya tinggal 20 centimeter, dan sama sekali sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk waduk di Gunung Ulin,” ujarnya.
Untuk menggantikan distribusi air yang macet, sementara ini PDAM Kotabaru hanya bisa mengandalkan bantuan air dari pemerintah daerah setempat dan distribusi air menggunakan mobil tangki dari PDAM sendiri.
“Selain itu kami juga menggratiskan air sumur bor yang ada di depan kantor PDAM. Ada juga sumur bor di wilayah TK Tunas Rimba yang airnya kami turunkan ke wilayah Gang Pajar. Itu bisa diambil masyarakat secara geratis,” imbuhnya.
Baca juga: Pulau Laut Kekeringan, Warga Semayap Harus Beli Air
Dampak kekeringan ini sangat dirasakan warga Desa Sigam, Kecamatan Pulau Laut Utara. Selama distribusi air PDAM tak jalan, warga setempat harus membelinya dengan pedagag air keliling.
“Sudah selama empat bulan ini air dari PDAM tidak jalan lagi. Untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari, saya selalu membeli air bersih seharga Rp 65 ribu per tong dengan pedagang air keliling,” tutur salah satu warga Desa Sigam, Ardiansyah.
Ardiansyah berharap pemerintah daerah serta pihak PDAM Kotabaru bisa memberikan bantuan air untuk masyarakat Desa Sigam.
Baca juga: Terdampak Kekeringan, Warga Desa Rampa Terpaksa Mandi Satu kali Sehari
“Air dari PDAM masih tidak mengalir hingga sekarang. Sedangkan biaya bebannya tetap harus kami bayar setiap bulan. Kami juga tidak pernah menerima bantuan air bersih. Selama ini bantuan air hanya dibagikan di wilayah-wilayah perkotaan saja,” pungkasnya. (cah/dny)