BANJARBARU, koranbanjar.net – Warga Banjarbaru di Landasan Ulin, khususnya yang mengandalkan air sumur untuk keperluan sehari-hari mulai terdampak kekeringan akibat kemarau.
Misdah, warga Landasan Ulin, sudah merasakan dampak kekeringan di sumurnya sejak Agustus lalu.
“Sekarang memang sulit cari air. Rata-rata sumur di sini cukup sekali sedot saja untuk satu hari. Setelahnya, harus menunggu sampai besok agar bisa disedot lagi,” ujarnya saat ditemui koranbanjar.net, kemarin.
Akibat terdampak kekeringan, dagangan tanaman hias yang dijual Misdah di Jalan Golf, Landasan Ulin, saat ini banyak yang mati.
“Biasanya saya siram tanaman dua kali sehari, sekarang hanya satu kali sehari pakai air selokan,” katanya.
Misdah menceritakan, saat ini banyak warga terpaksa harus menggali dasar sumurnya supaya lebih dalam, sehingga air di dalamnya bisa lebih banyak didapat. “Saya juga begitu untuk mencukupi keperluan air di rumah,” ungkapnya.
Baca Juga: OPIN Khawatir Kabut Asap Berdampak Pada Kesehatan Nelayan Kotabaru
Saat ditanya jumlah kerugian dari banyak dagangan tanaman hiasnya yang mati, Misdah mengaku belum menghitungnya.
Warga lainnya, Ulfah, juga mengatakan mulai mengalami kesulitan air. “Ini musim kemarau ya, jadi wajarlah mulai terjadi kesulitan air. Ini saja saya mau ngedalamin sumur saya satu sampai dua meter lagi biar air ada terus,” singkatnya.
Baca Juga: Antisipasi Dampak Kabut Asap, Disdik Keluarkan Surat Pergeseran Jam Sekolah
Baca Juga: Sudah Ada Ribuan Penderita ISPA, DLH Malah Sebut Kabut Asap Masih Normal
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kemarau tahun ini lebih panas disbanding 2018 lalu. Diprediksikan, puncak kemarau terjadi pada bulan ini. (ykw/dny)