KALSEL, KORANBANJAR.NET – Kendati mengakui turut mengimbau para siswanya sesuai surat imbauan Kadisdikbud Kalsel agar tidak mengadakan acara perpisahan siswa di luar sekolah secara besar dan mewah, namun sejumlah SMA sederajat di Martapura dan Kandangan tampak membiarkan siswanya melaksanakan acara perpisahan sekolah walaupun dilakukan terpisah dari lingkungan sekolah.
Seperti diakui Kepala SMKN 1 Martapura, Dwi Ayati, saat ditemui koranbanjar.net di sekolahnya, Selasa (26/3/2019).
“SMK Negeri 1 Martapura akan melaksanakan pengukuhan seperti biasa dilakukan pada upacara penaikan bendera setiap Senin. Kalau untuk pengukuhan yang akan dilaksanakan di sekolah kami tidak memungut biaya sepeser pun, jadi jika para siswa ingin melaksanakan perpisahan di luar sekolah itu bukan tanggung jawab sekolah,” ujarnya.
Secara terpisah, hal senada juga dituturkan Wakil Kepala SMAN 1 Martapura Bidang Humas, Gusti Yuriliansyah.
Mewakili Kepala Sekolah SMAN 1 Martapura, Yuriliansyah menyatakan telah megimbau para siswanya sesuai dengan imbauan yang telah disampaikan Disdikbud Kalsel. Namun untuk acara perpisahan sekolah, Yuriliansyah mengatakan pihaknya tetap menyerahkan ke siswanya yang bersangkutan.
“Itu yang menyelenggarakan mereka (siswa) semua, kepanitiannya juga dari siswa,” ucapnya.
Sedangkan di SMAN 1 Kandangan, meski Wakasek Kesiswaan SMAN 1 Kandangan, Risna Norhidayati, menceritakan acara perpisahan siswa kelas tiga SMAN 1 Kandangan telah biasa diadakan di lingkungan sekolah, namun pihaknya juga menyerahkan pelaksanaannya berdasarkan inisiatif siswa yang bersangkutan.
“Dari rapat, menyepakati, memutuskan, hingga mengirim undangan (acara perpisahan) pun dilakukan dari pihak siswa sendiri. Kop surat dalam undangan juga bukan kop sekolah, melainkan kop surat dari siswanya. Jadi pihak sekolah tidak ikut sama sekali,” katanya kepada koranbanjar.net.
Selanjutnya, untuk meringankan biaya pelaksanaan acara perpisahan, Risna menuturkan pihaknya akan menyediakan sejumlah peralatan milik sekolah.
“Perpisahan sekolah menggunakan peralatan seperti sound system milik sekolah sendiri, sehingga dapat mengurangi biaya acara. Jadi sejauh ini perpisahan sekolah tidak pernah diadakan di luar lingkungan sekolah,” tuturnya.
Pembiaran terparah untuk acara perpisahan sekolah terjadi di SMAN 3 Kandangan. Ironisnya, meski menyatakan mendukung imbauan Kadisdikbud Kalsel (baca sebelumnya: Kadisdikbud Kalsel: Biaya Perpisahan Siswa Jangan Memberatkan Orang Tua) dengan turut menyampaikan imbauan kepada para siswanya agar tidak melakukan perpisahan di luar sekolah secara mewah, namun Pejabat Sementara (PJS) Kepala SMAN 1 Kandangan, Herniati Handayani, membiarkan para siswanya menggalang dana kepada para siswa kelas 2 dan kelas 1 untuk biaya acara perpisahan sekolah kelas 3 SMAN 1 Kandangan.
Menurut Herniati, penggalangan dana kepada para siswa kelas 2 dan kelas 1 untuk sebuah acara perpisahan siswa kelas 3 bisa dianggap sebagai kontribusi bagi sesama siswa agar dapat saling membantu.
“Kan saling membantu, jadi mungkin porsinya saja yang berbeda. Jika yang bersangkutan kelas 3 maka porsinya agak banyak, sedangkan kelas 1 dan kelas 2 kontribusinya lebih sedikit. Nanti kan berputar, saat mereka kelas 3 akan dibantu juga oleh yang di bawahnya lagi,”
Diakui Herniati, penggalangan dana tersebut dibijaksanai untuk menutupi kelemahan ekonomi para anak didiknya.
“Terus terang jika kontribusinya cuma dari kelas tiga saja maka tidak cukup, kan sebagian ekonomi siswanya lemah” bebernya.
Mengenai dana pelaksanaan acara perpisahan siswa di sekolahnya nanti, Herniati belum bisa memastikan jumlah biayannya.
“Biayanya disarankan agar bisa terjangkau menyesuaikan kondisi ekonomi siswa, karena biasanya yang berkontribusi semuanya. Ini pelaksanaannya murni semua dari siswa. Pokoknya ini dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa, gurunya hanya kita sarankan menjadi pendamping saja agar kegiatannya lancar,” tutupnya. (fia/yat/dny)