Perencanaan pembangunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banjar beberapa tahun terakhir sepertinya banyak yang tidak beres, terutama di era kepemimpinan Bupati Banjar dan Wakil Bupati Banjar sebelumnya, H Khalilurrahman dan H. Saidi Mansyur. Faktanya, banyak pembangunan yang tidak terkelola dengan baik, bahkan cenderung dibiarkan terbengkalai. Sedangkan pembangunan-pembangunan tersebut telah menguras uang rakyat dengan jumlah yang tidak sedikit.
BANJAR, koranbanjar.net – Investigasi yang dilakukan wartawan koranbanjar.net, Rabu, (3/2/2021) di beberapa lokasi pembangunan, antara lain, pembangunan Pertokoan Permata di Jl Sukaramai, tepatnya di apit eks Kodim 1006 Martapura dan kantor PD. Pasar Bauntung Batuah, kini sama sekali tidak berfungsi.
Pertokoan Permata di Jalan Sukaramai
Di kawasan Jl Sukaramai, wilayah Pasar Martapura terdapat sejumlah bangunan pusat perbelanjaan yang terdiri dari pertokoan dan bak PKL yang tak satupun buka. Aktifitas jual-beli permata yang mestinya berlangsung di kawasan tersebut sangat sepi. Begitu pula pada bak-bak PKL yang kosong melompong. Kabarnya pula, di kawasan pertokoan itu terdapat salah satu toko milik oknum DPRD Kabupaten Banjar yang juga tidak difungsikan.
Air Mancur Berlian

Di kawasan Taman Cahaya Bumi Selamat (CBS) terdapat pembangunan Air Mancur Berlian yang menguras APBD Kabupaten Banjar bernilai miliaran rupiah. Air Mancur Berlian ini sepertinya juga tidak terkelola dengan baik. Pada bangunan utama berbentuk berlian terlihat sudah ada yang rusak, salah satu kaca yang membentuk berlian lepas. Area Air Mancur Berlian juga tampak kotor dan tidak terurus. Air Mancur Berlian itu berfungsi hanya sewaktu-waktu, apabila tidak berfungsi di malam hari terlihat seperti bangunan mati yang tidak bermanfaat.
Pusat Kuliner
Pusat kuliner atau tempat berjualan makan dan minum di tengah Jl Sukaramai di lingkungan Pasar Martapura juga tidak berfungsi maksimal. Dari sekian banyak petak atau bak untuk berjualan makanan dan minum di area tersebut, sebagian besar di antaranya tidak terpakai, bahkan jumlah yang tidak terpakai melebihi dari jumlah yang dipakai, sekitar 36 petak. Sementara pedagang makanan setempat harus membayar uang sewa berkisar antara Rp480.000 hingga Rp750.000 per petak.
“Coba pian (Anda) lihat pusat kuliner itu, sepi sekali. Padahal, andai dulu pemerintah memfungsikan Pusat Pertokoan Permata (Jl Sukaramai), tak perlu membangun Pusat Kuliner. Pedagang makanan bisa berjualan di pertokoan permata itu saja. Kalau sekarang, pusat kuliner itu malah sunyi. Lagipula, untuk bisa berjualan di Pusat Kuliner itu pedagang sewa, kalau tidak salah sekitar Rp750.000 per bulan,” ungkapnya.
Sementara itu, pedagang di Pusat Kuliner, Arbainah menyebutkan, harga sewa petak di Pusat Kuliner tersebut sebesar Rp480.000 per bulan. Namun, berjualan ataupun tidak, pedagang harus membayar listrik dan air sebesar Rp4.000 per hari,” ungkapnya.
Eksakalator Pasar Batuah
Tidak kalah memprihatinkan adalah kondisi yang terjadi pada pembangunan eksakalator di Pusar Pasar Batuah Martapura. Eksakalator di pasar itu hanya berfungsi beberapa bulan, berikutnya dibiarkan terbengkalai. Ironisnya, saat ini eksakalator tersebut hanya menjadi tempat tumpukan sampah. “Seingat saya, eksakalator ini dibangun sekitar 11 tahun yang lalu. Paling lama dipakai tiga bulan, setelah itu tidak dipakai lagi. Katanya, pemerintah tidak sanggup membayar listriknya, tapi kenapa dibangun?” ungkap satu pedagang di kawasan itu, Iberamsyah.(sir)