KANDANGAN, koranbanjar.net – Pendaki puncak Halau-halau yang sempat dikabarkan hilang karena terpisah dari rombongan mengaku salah jalan sewaktu turun. Itu karena buru-buru ingin cepat pulang, ditambah belum terlalu familiar jalur karena baru pertama kali mendaki ke Halau-halau.
Sebelumnya diwartakan; dua pendaki terpisah dari rombongan sehingga tidak pulang pada waktu yang sudah direncanakan, yakni Minggu (7/7/2019).
Salah seorang pendaki dari dua itu Achmad Muhaimin. Ia menjelaskan kepada Koranbanjar.net, ia dan rombongan lainnya telah mendaki sampai puncak, sementara 6 pendaki lainnya belum mencapai puncak.
Karena orangtua Muhaimin mau berangkat ke tanah suci, ia memutuskan turun lebih awal pada Minggu (7/7/2019) pagi bersama dua teman lainnya.
“Kami tiga orang mau menyempatkan pulang, jadi turun duluan dari rombongan,” ujar pemuda 18 tahun asal Desa Kalumpang Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) itu saat dikonfirmasi via telepon.
Saat di pertigaan jalan menuju Kadayang (HSS) dan Kiyu (HST), ia sempat ragu dan berdebat dengan temannya Saukani tentang jalurnya, tetapi temannya keras memilih jalan yang ternyata jalur Kiyu.
Karena stamina masih kuat dan ragu dengan jalur yang dilalui, satu temannya lagi memutuskan kembali naik bergabung dengan rombongan untuk berkoordinasi.
Setelah Muhaimin dan Saukani sadar jalurnya salah, ia kembali naik menuju jalur asal. Sementara rombongan sudah turun semua melewati pertigaan.
“Jadi saat itu posisi kami menjadi di belakang rombongan, tetapi masih belum bertemu,” ucapnya.
Waktu sudah malam, saat itu rombongan utama menunggu di sebuah gubuk warga biasa pendaki istirahat.
“Saat malam kami baru sampai sumber air dan memutuskan berkemah di sana,” ungkapnya. Lokasi yang dimaksud bernama Madupa.
Ke esokannya, Senin (8/7/2019), ia mengatakan sampai kampung Kadayang sekitar pukul 10.00 wita dan sampai rumah sekitar pukul 03.00 wita.
Sesampainya di rumah, Muhaimin mengaku terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya sempat dihebohkan hilang.
“Jera dan tidak akan ke sana lagi, karena jauh dan bawaan berat, kecuali kalau ke puncak yang dekat-dekat saja saya masih mau mendaki,” ujarnya saat disinggung apakah tetap tidak jera medaki.
Grup WhatsApp Rescue HSS melalui admin yang kerap disapa Pa RT mengklarifikasi terjadinya kabar heboh tersebut, karena adanya salah persepsi dari berbagai pengguna sosial media yang langsung lempar kabar, sementara kabar yang langsung dilempar belum dipastikan.
“Mungkin karena ada kalimat hilang kontak hingga yang dikabarkan kata hilang-nya saja. Bahkan ada yang sempat menulis identitas yang menyatakan dua orang itu adalah korban, saya marahi karena belum dipastikan jadi korban lagi,” pungkasnya. (yat/dra)