BANJARMASIN,KORANBANJAR.NET – Pembagian gas elpiji 3 kilogram kerap menimbulkan keributan. Hal ini salah satunya diakibatkan pembagian yang tidak merata atau tidak tepat sasaran.
Gas elpiji 3 kilogram yang mestinya dibagikan untuk masyarakat miskin, faktanya tidak demikian. Banyak pengecer yang memonopoli untuk mendapatkan gas melon tersebut.
Salah satu contoh pangkalan elpiji yang sering menimbulkan keributan atau cekcok dengan masyarakat di sebuah pangkalan Jalan Tembus Mantuil, Kelurahan Basirih Selatan atau samping pabrik karet Balimas.
Ketika koranbanjar.net mendatangi pemilik pangkalan berinisial D, Rabu(27/12/2018), untuk meminta penjelasan mengenai seringnya keributan terjadi pada saat pendistribusian ke masyarakat, yang bersangkutan tidak berada di tempat.
Saat itu yang kelihatan hanya anak buahnya, Ahmad bersama istrinya dan sepupunya yang biasa mengurus pembagian gas elpiji 3 kilogram.
“Kami ini terpaksa harus melayani pengecer, karena kami diancam, dimarahi, kalau kami tidak melayani pengecer sekitar sini dan sering sekali terjadi keributan. Sudah tidak kehitungan lagi kami disini yang selalu jadi sasaran kemarahan warga,” ungkap Ahmadi yang diaminkan istri dan sepupunya.
Lebih lanjut ia memaparkan, cara para pengecer agar dapat memperoleh puluhan bahkan lebih gas elpiji 3 kilogram tersebut, bersekongkol dengan cara menyuruh orang-orang atau kawan-kawannya masing-masing meminta ke pangkalan. Bahkan ada yang meminta dengan cara paksa diiringi dengan ancaman.
Demi menyelamatkan keluarganya dari ancaman pengecer dan amuk warga, dia terpaksa menyisihkan untuk pengecer 60 biji gas elpiji dari kuota yang diberikan 190. Sisanya baru dibagikan untuk masyarakat lain.
“Itupun masih saja ada pengecer yang marah-marah karena merasa belum cukup,” ucapnya.
Sebelumnya menurut pantauan koranbanjar.net dan informasi yang didapat dari beberapa warga di kawasan Basirih Selatan, menyampaikan bahwa setiap pembagian gas melon 3 kilogram di pangkalan D , kerap terjadi keributan bahkan hampir terjadi perkelahian.(al/sir)