Pasar Kuliner atau Pusat Kuliner yang dibangun Pemerintah Kabupaten Banjar di kawasan Jl Sukaramai, lingkungan Pasar Martapura, Kabupaten Banjar, sekilas tampak megah dan bagus dari luar. Faktanya, pembangunan Pasar Kuliner tersebut tidak berfungsi dengan maksimal. Sebagian besar petak yang tersedia, cuma sedikit yang terisi oleh pedagang makanan dan minuman. Lagi-lagi pembangunan Pusat Kuliner ini seperinya tanpa perencanaan yang baik.
MARTAPURA, koranbanjar.net – Penelusuran koranbanjar.net di lokasi Pasar Kuliner atau Pusat Kuliner Pasar Martapura, Rabu, (3/3/2021), sedikitnya 36 petak atau tempat yang tersedia untuk pedagang berjualan makanan dan minuman yang kosong alias tidak terisi. Sedangkan yang terisi sedikit sekali.
Pusat Kuliner itu sekilas tampak dari luar cukup megah dan besar, tetapi setelah dilihat ke dalam hanya beberapa pedagang makanan yang berjualan, sisanya kosong melompong.
Satu pedagang di kawasan itu, Arbainah yang berhasil di wawancarai koranbanjar.net, mengaku berjualan di lokasi itu sangat sepi. Meski demikian, dia harus tetap membayar listrik dan kebutuhan air.
Arbainah menyebutkan, harga sewa petak di Pusat Kuliner tersebut sebesar Rp480.000 per bulan. “Berjualan ataupun tidak, pedagang harus membayar listrik dan air sebesar Rp4.000 per hari,” ungkapnya.
Hal senada dikemukakan pengunjung Pasar Kuliner, Alus. “Coba pian (Anda) lihat pusat kuliner itu, sepi sekali. Padahal, andai dulu pemerintah memfungsikan Pusat Pertokoan Permata (Jl Sukaramai) menjadi tempat berjualan makanan, tak perlu membangun Pusat Kuliner. Pedagang makanan bisa berjualan di pertokoan permata itu saja. Kalau sekarang, pusat kuliner itu malah sunyi. Lagipula, untuk bisa berjualan di Pusat Kuliner itu pedagang sewa, kalau tidak salah sekitar Rp750.000 per bulan,” ungkapnya.(sir)