Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan menyoroti pelaksanaan MTQ Kabupaten Banjar yang ditutup dengan musik dangdut.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Sekretaris Umum MUI Kalsel, H.Nasrullah AR, meminta dengan tegas kepada Pemerintah Daerah setempat untuk segera mengevaluasi penyelenggara MTQ tingkat Kabupaten Banjar itu.
“Saya meminta dan berharap kepada pemerintah provinsi untuk segera mengevaluasi penyelenggara MTQ Kabupaten Banjar,” pintanya kepada koranbanjar.net saat wawancara via telepon, Kamis (16/6/2022) di Banjarmasin.
Apalagi lanjutnya, Kalsel akan menjadi tuan rumah pergelaran MTQ tingkat Nasional yang dihadiri tamu dari 34 provinsi, ini sangatlah berhati-hati.
Disamping itu kata Nasrullah kita semua tahu, Kalimantan Selatan itu sarat muatan religius, banyak ulama, banyak pesantren, para habaib.
“Saya sangat menyayangkan sekali, praktek dangdutan menutup acara MTQ ini,” ucapnya menyambung kalimat di atas.
Menurutnya, naif sekali jika praktek dangdutan ini dibiarkan oleh pemangku kepentingan, dari Lembaga LPTQ, Kementerian Agama, Pemerintah Daerah, NU, Muhammadiyah, MUI, dan para ulama.
Pihak panitia Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Li Syi’Aril Islam ke-45 tingkat Kabupaten Banjar, di Kecamatan Mataraman itu pun, langsung memberikan klarifikasi melalui surat yang dilayangkan pada Kamis 16 Juni 2022 yang berisi;
Pelaksanaan MTQ sendiri telah resmi ditutup Wakil Bupati Banjar, Habib Idrus Al Habsyie, Rabu malam. Setelahnya muncullah kejadian kurang mengenakkan itu.
Camat Mataraman, Agus Hidayat, selaku panitia pelaksana MTQ mengaku sangat menyesalkan adanya lagu tersebut di panggung MTQ. Menurutnya, lagu tersebut memang tidak pantas dibawakan dalam acara sekelas MTQ.
“Ini di luar kontrol panitia. Lagu dibawakan secara spontan oleh pemusik. Pada saat bersamaan, kami panitia di belakang masih sibuk menyediakan piala piagam buat peserta,” ujarnya.
Ia melanjutkan, pemusik gambus keyboard dari Pengaron itu disiapkan untuk backsound saat pembagian hadiah, usai pengumuman para pemenang.
“Saat pembagian hadiah secara simbolis dari Wakil Bupati masih lagu religi biasa saja,” terangnya.
Lalu, setelah wakil bupati, para tokoh ulama, dan tamu undangan penting semua sudah pulang, kemudian muncul lagu tersebut.
Agus mengaku saat lagu bara bara bere bere itu dinyanyikan, ia sudah merasa tidak enak, namun tidak dapat langsung menghentikannya, lantaran masih sibuk menyiapkan piagam piala.
“Mungkin lagu itu diminta oleh penonton hadir, karena mereka maju ke depan. Yang joget-joget itu saya lihat bukan dari kafilah, tapi anak muda yang menonton acara MTQ,” ungkapnya.
Kemudian bilangnya, waktu itu juga langsung berkoordinasi dengan Kapolsek, makanya hanya dua lagu saja sempat dinyanyikan.
Dengan adanya video viral tersebut, ia meminta maaf kepada seluruh masyarakat Kabupaten Banjar, dan menegaskan bahwa hal itu di luar kontrol panitia.
(yon/slv)