Religi  

Mengikuti Ibadah Umrah Bersama MHB, Memasuki Mimbar Raudhah Jemaah Harus Mendaftar di Aplikasi  

Jemaah umrah saat melaksanakan tawaf di Baitullah. (Foto: Koranbanjar.net)
Jemaah umrah saat melaksanakan tawaf di Baitullah. (Foto: Koranbanjar.net)

Menunaikan ibadah umrah maupun haji merupakan salah satu ibadah yang sangat diidam-idamkan umat muslim. Nah, belum lama tadi, reporter koranbanjar.net mendapat kesempatan untuk mengikuti perjalanan ibadah umrah bersama PT Mutiara Habibi Berkah serta 115 jamaah lainnya. Seperti apa kisahnya, ikuti tulisan berikut.

MAKKAH, Leonsyah

Keberangkatan jemaah sempat mengalami penundaan, namun tidak lama. Sebelum terbang ke Tanah Suci Makkah, seluruh jemaah menginap di Hotel Sinar 2 Surabaya pada 18 Desember 2022.

Biro Perjalanan PT MHB menyediakan 3 sampai 4 bedroom pada setiap kamar. Dengan demikian, tiap kamar ada 3 sampai 4 jemaah.

Penulis bertiga dalam satu kamar, bersama Hilman Zuhri, salah satu Ustad pemandu jemaah dan H. Mahyuni atau biasa dipanggil H. Yuni jemaah asal Muara Teweh, Kalimantan Tengah.

Esok hari, 19 Desember 2022, rombongan 115 jemaah umrah MHB dari Bandara Internasional Juanda Surabaya terbang menuju Bandara King AbdulazizJeddah, Arab Saudi.

Selama di perjalanan kurang lebih 10 jam, jemaah mendapat suguhan sebanyak dua kali makan serta makanan pencuci mulut.

Kurang lebih pukul 12 malam waktu Arab Saudi, jemaah tiba di  Bandara King Abdulaziz Jeddah. Satu persatu jemaah umrah MHB melewati pemeriksaan paspor dan visa.

Berikutnya, jemaah langsung dijemput 3 bis yang membawa menuju hotel sekitar Masjid Nabawi.

Beberapa jam kemudian, jemaah tepat di depan Hotel Atal Al Munawarah Madinah, sebuah hotel berbintang 3.

Disaat lelah dan mata masih mengantuk, jemaah tampak masih bersemangat dan bahagia ketika melihat Masjid Nabawi tampak di depan mata, berjarak kurang lebih 400 meter dari hotel. Setelah tiba di hotel, jemaah disuguhi makan malam.

Berikutnya, pimpinan dan koordinator MHB kemudian membagikan kunci kamar. Satu kamar diisi 4 jemaah, bahkan ada 5 orang dalam satu kamar.

Menjelang subuh sekitar pukul 03.00 dinihari, masing-masing jemaah MHB menuju Masjid Nabawi melaksanakan  salat malam hingga salat subuh berjamaah.

Hari berikutnya jemaah dipandu salah satu ustad dari Kalimantan, Ustad Hilman Zuhri ziarah ke makam Rasulullah SAW.

Namun kali ini ada perubahan cara masuk ke Raudhah, setiap jemaah harus menginstal sebuah aplikasi masuk ke mimbar Rasulullah SAW.

“Harus mendaftar terlebih dulu lewat aplikasi sebelum masuk ke Raudhah, jika tidak mendaftar tidak bisa masuk ke sana,” terang salah satu Mutawif MHB.

Setelah berhasil masuk ke makam Rasulullah Saw, terlihat jemaah MHB hanya bisa menangis sembari mengucapkan salam dan memuji kekasih Allah yang paling mulia dan panutan seluruh umat manusia itu.

Menariknya, setiap jemaah ingin masuk ke Raudhah mendapatkan satu botol air zam-zam.

Jemaah umrah Mutiara Habibi Berkah saat berada di Bukit Uhud.(25/12/2022). (Foto: Koranbanjar.net)
Jemaah umrah Mutiara Habibi Berkah saat berada di Bukit Uhud.(25/12/2022). (Foto: Koranbanjar.net)

Hari berikutnya, jemaah berkunjung ke Pemakaman Baqi. Di sana terdapat makam 2 cucu Rasulullah Saw, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein serta putri kesayangan Rasulullah, Siti Fatimah Azahra dan sebagian para sahabat Rasulullah SAW.

Dalam mengikuti rangkaian jadwal selama Madinah, seorang jemaah sempat mengalami musibah. Seorang jemaah perempuan kehilangan uang sebesar Rp4 juta saat sedang melaksanakan salat di Masjid Nabawi.

Peristiwa itu sempat menjadi bahan perbincangan di tengah ratusan jemaah umrah MHB yang berasal dari berbagai daerah itu. “Masa di dalam Masjid Nabawi bisa kehilangan,” tanya salah satu jemaah.

Dari penuturan salah satu koordintor, uang Rp4 juta itu hilang dari dalam tas pemiliknya.

“Katanya hilangnya di dalam tas seperti disayat orang,” terang salah satu koordinator bernama Sri.

Namun pada akhirnya semua hanya bisa berdoa, semoga uang itu ditemukan.

“Kalau pun tidak, anggaplah bersedekah, Insya Allah akan dilipatgandakan reZekinya,” ucap salah satu jemaah lainnya.

Waktu terus berlalu, memasuki hari ke 3, MHB bersama Mutawifnya mengajak ratusan jemaah umrah berkunjung ke Masjid Kuba dan Padang Arafah.

Saat berada di Masjid Kuba, setelah melaksanakan salat sunah 2 rakaat, jemaah mengambil momen berfoto bersama sembari mengucapkan yel-yel khas MHB, “Mutiara Habibi Berkah, Amanah, Allahu Akbar”.

Setelah berfoto bersama, giliran masing-masing jemaah mengambil foto untuk dokumentasi pribadi.

Begitu pula di Padang Arafah, selain mengambil foto mengabadikan momen tersebut, sebagian jemaah juga berhajat dan berdoa.

Tibalah di hari terakhir atau hari ke 4 keberadaan jemaah di Madinah Al Munawarah.

Sebelum berangkat menuju Mekah Al Mukaramah untuk melaksanakan ibadah umrah, jemaah kembali dipandu Ustad Hilman Zuhri berpamitan di makam Rasulullah SAW.

Tampak jemaah menangis tersedu serasa tak puas dan ingin terus menatap dan ziarah di makam nabi.

Datang dengan cucuran air mata, meninggalkan pun dengan derai air mata.

Esoknya, kami berangkat menuju Makkah Al Mukaramah untuk melaksanakan ibadah umrah.

Setiba di Kota Makkah, kami menginap di Hotel Grand Al Massa bintang 4. Jarak dari hotel menuju Masjidil Haram kurang lebih 1 kilometer.

Namun bagi jemaah tidak menjadi kendala dalam melaksanakan ibadah umrah di Baitullah.

Meskipun ada sebagian jemaah merasa jarak tersebut cukup jauh dan melelahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki.

Keistimewaan lainnya dari hotel ini di antaranya, jumlah lift yang cukup banyak dan menu makanan yang sehat, enak serta penyajian tepat waktu.

Namun entah mengapa waktu kami menginap di hotel itu, walau jumlah lift cukup banyak, setiap hari selalu full, dan berjejal. Sehingga harus rela menunggu antre sampai 1 jam.

Mulailah kami bersiap melaksanakan ibadah umrah setelah mengambil miqot di Masjid Bir Ali dan mengenakan ihram. Pertama kali memasuki kabah/Baitullah, jamaah dipandu Mutawif bersama Ustad Hilman mulai melakukan tawaf disambung Sa’i dari bukit Safa hingga Marwah.

Selesailah umrah pertama, jemaah kemudian balik masing masing ke hotel untuk beristirahat. Hari berikutnya, kembali jemaah melaksanakan umrah kedua.

Pada hari selanjutnya acara bebas. Sebagian jemaah ada yang berbelanja, dan sebagian ziarah ke pemakaman istri Rasulullah SAW, Siti Khadijah di Mala.

Tour berikutnya, jemaah diajak ke destinasi wisata di Thaif. Puncak Thaif terkenal sangat dingin, dan jika ingin berada di puncaknya harus menggunakan kereta gantung dengan biaya 80 riyal satu orang atau sekitar Rp350 ribu.

Menjelang hari terakhir, jemaah melaksanakan tawaf wada atau tawaf terakhir sembari mengucapkan pamit untuk meninggalkan Baitullah.

Dalam hati saya, di hari terakhir ini saya harus bisa sampai ke pintu Baitullah, mengecup Hajar Aswad, salat di Hijir Ismail, menyentuh Makam Ibrahim, dan rukun Yamani.

Pada hitungan putaran ke 7, saya langsung memisahkan diri dari rombongan menuju pintu Baitullah.

Alhamdulillah begitu mudahnya Allah membukakan jalan untuk menuju pintu Baitullah dan hanya berjarak 3 meter aku berada di hadapannya.

Setelah itu, Allah kembali mempermudah untukku mencium Hajar Aswad, salat di Hijir Ismail, menyentuh Rukun Yamani, dan memeluk makam Ibrahim.

Selesailah sudah kami melaksanakan serangkaian ibadah umrah di Baitullah, dan bersiap pulang menuju Tanah Air.

Kembali peristiwa aneh terjadi ketika ingin meninggalkan hotel. Salah satu jemaah bernama H. Mahyuni kehilangan sepasang sepatu di kamarnya yang dihuni 4 orang.

Padahal menurut pengakuannya, sepatu itu ia simpan dekat ranjang tidurnya.

Supaya tidak ada prasangka macam-macam dan saling curiga. Akhirnya kami membongkar isi koper masing-masing serta lemari kamar tak luput digeledah sendiri oleh H. Mahyuni.

Alhasil, sepasang sepatu kulit warna putih itu tak jua ditemukan.

“Aneh padahal kemarin-kemarin ada, ini sungguh aneh,” ucapnya.

Akhirnya ia putuskan mengikhlaskan raibnya sepasang sepatu kulit pemberian adiknya itu.

Tepat pukul 02.00 siang waktu Arab Saudi, kami keluar dari hotel bersiap menuju Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah.

Namun sebelum sampai ke Bandara, kami menyempatkan mampir ke Museum Al Amudi. Sebuah museum peninggalan benda-benda sejarah orang-orang Arab zaman dulu.

Tidak berapa lama kami di sana, sebab mengejar waktu. Kami melanjutkan perjalanan singgah lagi ke rumah makan terkenal di Indonesia, Wong Solo.

Hanya di MHB yang mengajak jemaahnya untuk makan di Wong Solo cabang Arab Saudi ini.

Usai makan, sembari menunggu bis datang menjemput, jemaah menyempatkan berbelanja di pertokoan sekitar kawasan tersebut.

Tidak lama, datanglah bis menjemput dan kami segera naik bersiap menuju bandara.

Di sinilah terjadi perpisahan dengan para Mutawif karena mereka harus melaksanakan tugas berikutnya memandu jemaah umrah dari travel lain.

Setelah berpamitan, dan para Mutawif turun dari bis berpisah dengan jemaah umrah MHB, sopir bis langsung tancap gas menuju bandara.

Sesampai di Bandara King Abdulaziz Jeddah, jemaah umrah MHB harus rela menunggu beberapa jam karena keberangkatan delay, akibat cuaca ekstrim.

Saat itu terjadi hujan lebat ditambah angin dan petir.

Tidak lama terdengar kabar, di Kota Jeddah banjir yang mengakibatkan seluruh transportasi terhenti tak bisa lewat.

“Beruntung kita cepat sampai ke Bandara, jika tidak tak terjebak juga kita di sana,” ucap seorang jemaah dari Jawa Timur.

Tepat pukul 03.30 dini hari waktu Arab Saudi, kami terbang menuju Surabaya dengan menggunakan Pesawat Lion Air.

“Saat pesawat mulai bersiap terbang landas, air mataku tak terasa menetes, seraya berkata, “aku akan merindukan Rasulullah dan Madinah,”

Sekitar pukul 17.30 atau jam setengah 6 sore waktu Surabaya kami tiba di Bandara Internasional Juanda Surabaya dan kembali menginap di Hotel Sinar 2 selama satu malam.

Sebelum pulang ke daerah masing-masing, kami diberikan sertifikat umrah oleh MHB didalamnya terdapat foto masing-masing jemaah berpakaian ihram. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *