Di ujung selatan Banjarmasin, ada denyut kehidupan yang berbeda. Di sanalah anak-anak kecil belajar arti berbagi, guru-guru menyulam harapan, dan sebuah yayasan diam-diam menebar cahaya hingga ke bumi para syuhada, Palestina.
Oleh: Leon Rahman/Koranbanjar.net
Suasana pagi itu cerah, namun bukan hanya matahari yang bersinar. Taman Hutan Masjid Raya Sabilal Muhtadin mendadak jadi lautan semangat.
Ratusan siswa SDIT Ukhuwah dan SDIT Ukhuwah 2 larut dalam Perkemahan Satu Hari (PERSARI), kegiatan yang bukan sekadar ajang seru-seruan ala Pramuka Siaga.
Di balik tenda dan teriakan yel-yel, terselip pesan yang dalam: anak-anak ini sedang belajar mencintai bumi, menghargai sesama, dan membangun keberanian untuk masa depan.
“Ini bukan cuma kegiatan seremonial. Kami ingin menanamkan nilai keberanian, kemandirian, juga kepedulian lingkungan sejak dini,” ujar Ustadz Abdul Muhshi, Kepala SDIT Ukhuwah 2.
Tapi siapa sangka, cinta yang ditanam dalam bumi ini tak berhenti di taman kota. Ia menjalar jauh, bahkan hingga ke Gaza.
Yayasan Ukhuwah Banjarmasin, tempat para siswa itu menimba ilmu, ternyata menyimpan misi yang lebih besar dari sekadar pendidikan di ruang kelas.
Melalui program “Teman Asuh”, mereka menyambungkan hati murid-muridnya dengan anak-anak dari sembilan sekolah di sekitar wilayah Banjarmasin Selatan.
Mereka tak hanya berbagi uang saku, tapi juga membangun ikatan emosional: bermain bersama, belajar bersama, bahkan membantu keluarga mereka.
“Kami ingin anak-anak belajar berbagi secara nyata. Ada pembinaan untuk anak-anak kampung dari 13 RT, juga edukasi bagi orang tua mereka tentang kesehatan, pergaulan bebas, dan ancaman narkoba,” ungkap Riswandi, Ketua Pembina Yayasan Ukhuwah.
Tak hanya itu, program “Teman Asuh” melatih murid-murid untuk tak hanya cerdas akademik, tapi juga peka terhadap realitas sosial.

Mereka belajar bahwa menjadi pelajar bukan berarti hanya mengejar nilai, tapi juga menebar nilai.
Namun, jangkauan cinta itu tak berhenti di Banjarmasin. Ketika dunia bungkam terhadap jeritan rakyat Palestina, Yayasan Ukhuwah memilih bersuara lewat aksi.
Dalam program “Tebar Kurban Ukhuwah”, dari 46 sapi dan 59 kambing yang dikumpulkan, dua ekor sapi dikirim ke Gaza—dibeli, disembelih, dan disalurkan di wilayah perbatasan Mesir-Palestina melalui lembaga kemanusiaan terpercaya. Nilainya tak kecil: Rp58 juta, tapi maknanya jauh lebih besar.
“Ini bukan hanya bentuk solidaritas, tapi juga pembelajaran untuk murid-murid bahwa nilai kemanusiaan itu lintas batas,” tutur Riswandi dengan mata berbinar.
Ketua Rumah Amal Ukhuwah, Said Abdurrazak Fakhruddin, menambahkan bahwa setiap kantong daging yang sampai ke tangan warga Palestina adalah simbol cinta dari anak-anak Indonesia.
“Setiap ekor sapi bisa dibagi menjadi 150 kantong. Bayangkan berapa senyum yang bisa kita hadirkan,” kata Riswandi.
Dalam diam, Ukhuwah membuktikan bahwa pendidikan sejati bukan hanya transfer ilmu, tapi juga pembentukan jiwa.
Bahwa anak-anak yang bermain dan tertawa hari ini, bisa tumbuh menjadi pemuda yang memimpin dengan hati. Dan bahwa tangan kecil yang menyentuh bumi di PERSARI, bisa menjangkau Palestina dengan kasih yang tak berbatas.
Di kota yang sederhana ini, sedang tumbuh generasi luar biasa yang diajarkan bukan hanya membaca huruf, tapi juga membaca penderitaan, harapan, dan cinta. (*)