BANJARMASIN, KORANBANJAR.NET – Kualitas lingkungan di Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan yang terburuk dibandingkan daerah lain se-Regional Kalimantan, ujar Sekretaris Fraksi Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kalsel, Surinto.
“Sudah lingkungannya rusak, kualitas kehidupan manusianya juga memprihatinkan,” ujarnya saat Dialog Publik Paradoks Indonesia, di Hotel EFA, Ketak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kamis (4/4) lalu.
Para pendiri bangsa, katanya, telah menyusun konstitusi sebagai acuan dasar dalam pengelolaan kekayaan yang diatur dalam pasal 33 UUD 1945.
“Mestinya itu menjadi modal yang lebih dari cukup untuk menghadirkan kemakmuran bagi warga negara, seandainya dikelola secara berkeadilan,” katanya.
Acara Dialog Publik Paradoks Indonesia dihadiri gabungan relawan PAS Kalsel dengan mengusung tema Berdayakan Potensi Kalimantan Selatan.
Paradoks Indonesia sendiri merupakan salah satu tema yang diambil dari buku karya Prabowo Subianto, menceritakan tentang negara kaya raya tapi masih banyak rakyatnya yang hidup miskin.
Surinto mengatakan, tugas utama negara hanya ada dua, yaitu menghadirkan keadilan dan kemakmuran atau kesejahteraan.
“Namun paradoks itu terkonfirmasi dari fakta rakyat yang tinggal diatas bumi kaya raya ini,” katanya.
Kalsel merupakan penghasil sepertiga batu bara nasional dengan produksi 150 juta ton/tahun dan jika diuangkan senilai Rp200 Triliun.
Tapi, tambahnya, ternyata Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kalsel hanya menempati rangking 26 dari 34 propinsi se-Indonesia.
“Tidak ada solusi memperbaiki negeri ini kecuali menghadirkan kedaulatan atas kekayaan negara dan mengelola serta mendisribusikan secara berkeadilan,” tambahnya.
Hadir pada dialog tersebut tiga nara sumber, masing-masing Wakil Ketua Umum BPN Prabowo Sandi, Nanik S Deyang, Sekretaris Fraksi PKS DPRD Kalsel, Surinto dan praktisi bidang konstruksi sekaligus pengamat dan pemerhati sosial politik, DR Ir Subhan Syarief, MT. (al/ndi)
