Manyanga iwak baminyak lanjar
Basayur tarung wan pucuk katu
Ulun himung lawan bubuhan Banjar
Makin rukun dan bersatu
Tasipak tunggul bakas puhun kayu
Jangan kada ingat mamakai sapatu
Amun bubuhan Banjar rukun dan bersatu
Insyaallah Kutai, Kaltim dan Kaltara semakin maju
KALTIM, KORANBANJAR.NET – Keberadaan Kerukunan Keluarga Banjar (KKB) di mana saja, termasuk di Kalimantan Timur dan Utara sangat penting, guna mewadahi keluarga besar Banjar.
Mereka tersebar di beberapa daerah dan kota seperti Samarinda, Balikpapan, Tanah Grogot, Bontang, Tenggarong, Berau, Tarakan dan lainnya. Keberadaan di tanah rantau ini buah dari semangat dan jiwa perantau dengan berbagai motif baik ekonomi, peperangan maupun politik masa lalu.
Demikian petuah yang disampaikan Sultan Banjar, Pangeran H Khairul Saleh pada acara Pelantikan Pengurus Kerukunan Buhan Banjar Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Cabang Kabupaten Kutai Kartanegara di Pendopo Bupati Kutai Kartanegara, Jumat malam (28/03/2019).
“Perlu kita pahami bahwa keberadaan kekerabatan, paguyuban, kerukunan dalam setiap bangsa adalah keniscayaan. Sebab adanya pranata kekerabatan dan paguyuban ini adalah ciri-ciri sebuah bangsa yang memiliki peradaban khususnya bangsa yang menjunjung nilai-nilai kesetiakawanan, gotong royong dan maruah bangsa. Untuk itu, identitas yang diwujudkan dalam kelembagaan kekerabatan seyogianya kita dorong bersama sebagai penopang kebhineka tunggal ika-an bangsa Indonesia,” ungkap Sultan Banjar.
Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini, lanjutnya, tidak mungkin menyeragamkan kebudayaan bangsa dan entitas suku menjadi satu kebudayaan. Sebab alur berpikir penyeragaman itu justru mengkhianati slogan Bhineka Tunggal Ika yang ada pada kaki burung Garuda.
“Alhamdulillah sejak Indonesia merdeka hingga hari ini kita anak bangsa, tak terkecuali bangsa Banjar, sekali lagi tak terkecuali Bangsa Banjar mampu merawatnya dengan baik bersama Republik Indonesia, hingga harmonisasi kebangsaan itu terus terjaga, termasuk pian-pian bapak, ibu hadirin urang Banjar yang ada di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Meminjam pepatah melayu, tiadalah elok sebuah taman, jika hanya ditanami sekuntum kembang. Akan elok dan indah sebuah taman, jika tumbuh beragam kembang,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sultan Banjar juga menyatakan, dirinya diberikan kepercayaan di tingkat nasional sebagai Sekretaris Agung Majelis Agung Raja Sultan Se- Indonesia dan Ketua Umum Forum Silaturahmi Keraton Nusantara serta Yang Dipertuan Agung pada Kerapatan Raja Sultan Borneo, di mana pesan-pesan kebangsaan dan kebudayaan untuk memperkokoh ke-Indonesiaan ini selalu ulun sampaikan. Eksistensi kebudayaan yang ditopang oleh entitas etnis suatu bangsa, dan adanya pemangku-pemangku kebudayaan jangan hanya dipahami sebagai suatu nilai-nilai tourisme (kewisataan) yang berorientasi material, tetapi nilai-nilai kebangsaan dan kearifan lokal harus menjadi nilai-nilai luhur penguat dan pemersatu dari ancaman-ancaman global baiik simetris maupun asimetris. Inilah tanggung jawab utama para Raja Sultan, Pedatuan, Kepala Adat dalam mengayomi entitas komunalnya demi terjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” paparnya.
Kehadiran Kerajaan dan Kesultaan, imbuhnya, yang diapresiasi Pemerintah saat ini, didarmabaktikan dan didedikasikan untuk menegaskan ke Bhineka Tunggal Ika-an dan turut merawat kebudayaan Nusantara sebagai penopang Kebudayaan Indonesia. Kesultanan Banjar konsisten untuk menjaga dan merawat maruah kebudayaan yang bercorak Melayu Islam, sehingga bangsa Banjar harus bangga sebagai bangsa yang memiliki Raja Diraja dan berperadaban adiluhung. Peradaban adiluhung itu adalah peradaban yang mengedapankan syariah Islam, adat bersandi syara, syara bersandi kitabullah yang telah ditasbihkan oleh Raja Pertama Sultan Suriansyah.
“Ulun sebagai Sultan Banjar bangga dengan bapak, Ibu, saudara yang generasi pertamanya telah menempuh perjalanan ke tanah harapan ini, dengan keringat dan air mata mampu menjaga nilai-nilai kesyariahan tersebut sebagai penciri utama bangsa Banjar dan menjunjung nilai-nilai, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, rumput kada maalahan banua, dan harapan ulun urang banjar turut membangun daerah ini dengan semangat dalas hangit waja sampai ka puting,” jelasnya.(sir)