Warga dua desa di Kecamatan Karang Intan, Desa Mali-Mali dan Pandak Daun sering teriak, mengalami sulitnya mendapatkan gas elpiji isi 3 kilogram. Bayangkan, elpiji isi 3 kilogram yang biasa datang ke pangkalan di desa sebelah cuma 100 biji, sementara warga yang antre ingin membeli bisa mencapai 500 orang.
KARANG INTAN, koranbanjar.net – Kesulitan mendapatkan gas elpiji isi 3 kilogram sepertinya terjadi secara merata di mana-mana. Tidak terkecuali di Banjarmasin atau daerah lain, warga Kabupaten Banjar juga sangat merasakan hal itu. Seperti warga Desa Mali-Mali dan Pandak Daun sangat membutuhkan perhatian Pemerintah Kabupaten Banjar, agar bisa memberikan solusi atas keadaan yang mereka alami.
“Desa yang tidak memiliki pangkalan gas elpiji di tempat kami, antara lain, Desa Mali-Mali dan Desa Pandak Daun (Kecamatan Karang Intan). Kalau di desa lain punya pangkalan, seperti Desa Jingah Habang dan Desa Lok Tangga memiliki pangkalan gas,” ujar warga Desa Mali-Mali, Yohanadi kepada koranbanjar.net, Jumat sore (26/02/2021).
Meski di desa lain mempunyai pangkalan, namun warga Desa Mali-Mali dan Pandak Daun tidak bisa ikut membeli ke desa yang mempunyai pangkalan gas. Pasalnya, kuota gas yang dimiliki pangkalan-pangkalan itu sangat terbatas.
“Walaupun di Desa Jingah Habang atau Desa Lok Tangga terdapat pangkalan gas, tetapi gas yang tersedia di pangkalan-pangkalan itu hanya cukup melayani warga setempat. Kalau warga desa lain yang ikut membeli jelas tidak cukup. Gas untuk jatah warga desanya saja tidak cukup, apalagi ditambah warga desa lain. Coba bayangkan, gas yang datang berjumlah 100 biji, tapi yang antre bisa mencapai 500 orang. Padahal, semua yang antre warga setempat, jadi jelas kami tidak akan bisa mendapatkan jatah,” ungkapnya.
Lagipula, sambungnya, warga yang mendapatkan jatah gas elpiji bersubsidi tersebut harus menunjukkan kupon yang dikasihkan pihak pangkalan. Kupon jatah pengambilan gas elpiji sudah tentu lebih utama diberikan kepada warga setempat. Untuk itu, mau tidak mau, dia atau warga desanya terpaksa harus membeli ke Kota Martapura. Kalaupun bisa menemukan gas elpiji isi 3 kilogram, harganya dipastikan paling murah Rp45.000 per biji.
Oleh sebab itu, dia meminta kepada Pemerintah Kabupaten Banjar, terutama dinas terkait agar dapat turun ke desa-desa menyaksikan kondisi masyarakat secara langsung, khususnya dalam menghadapi keterbatasan gas elpiji. “Pemerintah kan bisa mengadakan operasi pasar atau pasar murah, menyediakan gas elpiji ke desa-desa. Kasihan masyarakat, apalagi baru mengalami musibah banjir,” cetusnya.
Terkadang, lanjutnya, warga ingin mengganti kebutuhan gas elpiji dengan menggunakan kompor biasa atau dapur yang terbuat dari tanah. Namun lagi-lagi kebutuhan pendukung untuk menggunakan sarana pengganti elpiji tersebut juga susah. “Maunya ganti dengan kompor biasa, tapi beli kompor lagi, beli minyak tanah juga sulit. Kadang mau menggunakan dapur, kayu-kayu sering basah terendam air lah, jadi semuanya serba susah,” tutupnya.(sir)