Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Transportasi

BEGINILAH NASIB PENGEMUDI KELOTOK SEKARANG…

Avatar
376
×

BEGINILAH NASIB PENGEMUDI KELOTOK SEKARANG…

Sebarkan artikel ini

BANJARMASIN – Mudahnya jalan darat yang masuk hingga ke desa-desa terpencil rupanya tak disambut baik dari semua pihak. Satu yang menepuk jidat dikarenakan perbaikan jalan darat tersebut adalah nakhoda kelotok yang tak lagi mendapat penumpang. Lama kelamaan, taksi air tak lagi beroperasi.

Dikatakan salah satu pemilik kelotok, Syarwani kepada Wartawan Koran Banjar Senin (30/10), taksi kelotok sudah lama tidak beroperasi. Sekitar tahun 2004 penumpang sudah sepi.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Kini, lanjut Syarwani, para pemilik kelotok sekaligus nakhoda sepertinya mangkal di siring sungai Jl Kapten Piere Tendean Banjarmasin untuk menunggu penumpang wisata.

“Ada yang ke Pulau Kambang, Pasar Terapung Kuin, Pesar terapung Lok Baintan, dan lainnya,” ujar Ulak, demikian akrab dia disapa.

Lelaki berumur 52 tahun ini juga mengungkapkan, seandainya pemerintah Kota Banjarmasin tak menyemarakkan wisata air, dia tak tahu harus bekerja apa. Sebab dia sudah menekuni pekerjaan ini sejak lama.

“Tiga puluh tahunan,” ucapnya ketika mengingat masa-masa ia mengakut penumpang dari Pelabuhan Pasar Ayam-Pasar Lima ke Mantuil dan Basirih.

Kala itu, Ulak mengingat-ingat, transportasi air menjadi primadona lantaran jalan darat belum sampai ke daerah-daerah pinggiran. Namun, sejak jalan darat terus dibenahi, akhirnya transportasi seolah dikorbankan. Lama kelamaan, mati. Seingatnya, dulu ada pelabuhan di Sudi Mampir, Pasar Ayam-Pasar Lima, dan Pasar Lama.

“Sekarang, teman-teman yang mangkal di pelabuhan-pelabuhan itu hanya mengangkut penumpang carteran, membawa barang dagangan. Untuk taksi sudah tidak ada lagi,” jelas lelaki yang beralamat di Jl Teluk Tiram ini.

Memang, Ulak pernah mendengar, taksi air sempat kembali ingin diaktifkan. Meski demikian, para nakhoda kelotok tak berani hilir-mudik mencari penumpang karena terlalu beresiko.

“Kita hilir-mudik pakai minyak (bahan bakar), kalau tidak ada penumpang, yang ada hanya rugi,” terangnya.

Menurut Ulak, keadaan transportasi air lebih memprihatinkan ketimbang transportasi darat.

“Sesepi-sepinya taksi kuning, masih ada satu dua orang yang naik tiap harinya. Nah kita, benar-benar susah nyarinya.”

Ulak dan puluhan nakhoda kelotok lainnya kini hanya mangkal di Siring Sungai Martapura Jl Piere Tendean dan dekat Patung Bekantan menunggu antrean membawa penumpang wisata.

“Ya. Alhamdulillah, wisata air diminati orang. Terlebih hari libur, seperti Sabtu dan Minggu. Selebihnya, lengang,” pungkasnya.(abn)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh