Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Religi

Beda Hari Raya Idulfitri Muhammadiyah dan NU, Gus Baha: Tidak Usah Nimbrung Jika Tak Tahu Ilmunya

Avatar
1445
×

Beda Hari Raya Idulfitri Muhammadiyah dan NU, Gus Baha: Tidak Usah Nimbrung Jika Tak Tahu Ilmunya

Sebarkan artikel ini
Potret ulama kharismatik K.H. Ahmad Bahauddin alias Gus Baha. (Foto: Nu Online) - Perbedaan Hari Raya Idul Fitri antara Muhammadiyah dan NU menurut Gus Baha

Hari raya Idulfitri merupakan hari raya umat Islam yang terjadi setahun sekali. Akan tetapi sering kali terjadi perdebatan dan perbedaan hari raya Idulfitri. Perdebatan ini kadang membuat suasana idulfitri menjadi kurang kondusif. Seorang ulama bernama Gus Baha pun membahas permasalahan ini. Lantas bagaimana perbedaan hari raya Idulfitri menurut Gus Baha?

Koranbanjar.net – Kita bisa menyimak pendapatnya dalam channel Youtube Santri Gayeng. Di sebuah video berjudul “Gus Baha: Sama-sama Islam tapi beda hari raya.”

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Gus Baha berkata persoalan hari raya bermuara pada kalender dan kita sering berdebat tetapi tidak mau menekuni ilmu tersebut.

“Kita sering berdebat tetapi sama sekali tidak menekuni ilmu tersebut,” tegas Gus Baha, sampai mengucapkan kalimat tersebut dua kali.

Problem itulah yang kemudian menjadi permasalahan, cikal bakal perbedaan yang bisa mengarah ke kejadian negatif. Kenapa orang-orang tidak menekuni ilmu tersebut? Menurut Gus Baha, itu tiga alasan.

“Satu karena bodoh, dua karena sombong, tiga karena kurang pekerjaan. Bukan bidangnya kok bicara. Nah (yang jadi masalah) yang paling sering itu yang ketiga,” sindir Gus Baha.

Misalnya begini perdebaan kenapa NU dan Muhammadiyah meributkan hal awal bulan Syawal? Ketika berdebat muncul prasangka, “Wah sekarang negara membela NU atau ikut Muhammadiyah.”

Menurut Gus Baha hal itu terjadi karena mereka tidak mau menekuni ilmunya tetapi saling melemparkan tuduhan. Menurut Gus Baha, “Sebenarnya itu ilmu yang mudah. Kalau kamu ingin tahu jawabannya, maka belajarlah ilmu falak, selesai.”

Gus Baha menegaskan tidak usah ikut nimbrung berbicara perkara yang tidak kita ketahui. Akan tetapi, pelajari ilmu falak, karena ilmu itu objektif, mengarahkan kita pada kebenaran.

Menyikapi Perbedaan

Jika terjadi perbedaan hari raya Idulfitri, Gus Baha dalam ceramahnya yang lain berjudul “Menyikapi Perbedaan hari Lebaran” yang dirilis tahun 2021 menyebutkan apabila kamu meyakini idulfitri pada hari minggu, berarti kamu harus lebaran di hari minggu. Haram baginya untuk berpuasa di hari di mana ia meyakini hari tersebut adalah hari raya.

Jika meyakini hari Minggu belum masuk hari raya Idulfitri, maka wajib baginya untuk melanjutkan puasa.

Demikian itu uraian perbedaan hari raya Idulfitri menurut Gus Baha. Kita harus menyikapinya berdasarkan ilmu, tidak dengan cara pandang politik. Diharapkan idulfitri 2023 ini bisa dirayakan di hari yang sama, sehingga semarak perayaannya terasakan ke seluruh penjuru negeri.

(Suara.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh