Selain perlunya obat-obatan bagi warga di wilayah Puskesmas Sungai Tabuk 2 Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, juga perlu perlengkapan mandi dan air bersih, sekaligus persediaan bahan sembako.
BANJAR,koranbanjar.net – Dipaparkan Kasubag Puskesmas Sungai Tabuk 2, H Jamhuri Yannur, bahan makanan pokok diperlukan seperti beras, telur, mie, gula, dan lauk kemasan yang dapat disimpan.
“Itu untuk stok makan mereka selama masa banjir,” katanya, Kamis (21/1/2021).
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 2, sangat memerlukan perlengkapan mandi antara lain sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi.
“Sedangkan air minum yang bersih agar tidak menambah kasus diare pada saat bencana banjir ini,” ungkapnya.
Selain penyakit diare, sudah tak terhingga masyarakat yang ditemui mengeluhkan penyakit kulit, kutu air yang sangat parah, skabies, serta bermacam jenis gatal-gatal atau penyakit kulit lain yang memerlukan pengobatan serius.
“Jika diteruskan terendam maka akan semakin parah,” imbuhnya.
Tak hanya permasalahan kesehatan, kurangnya bantuan yang sampai pada daerah-daerah membuat petugas kesehatan yang melintasi tempat tinggal warga dan lokasi pengungsian, terus-terusan diteriaki untuk dimintai bantuan pangan dan logistik.
“Karena memang keterbatasan para relawan untuk menuju wilayah terisolir serta keterbatasan pemahaman medan,” ucapnya.
Keterbatasan sarana, mengharuskan para relawan-relawan membagi bantuannya pada titik tertentu, dimana armada mereka mampu menerjang banjir.
Akibatnya, tak hanya satu atau dua keluarga yang mengeluhkan kelaparan karena tidak bisa keluar membeli bahan pangan, tapi terkepung banjir membuat mereka istirahat total dari aktivitas atau pekerjaan.
“Warga tidak sama sekali mendapatkan penghasilan membeli bahan-bahan yang bisa untuk dimakan sekeluarga agar tetap bisa bertahan hidup,” sebut dia.
Ditambah tak terjamah bantuan karena keberadaan mereka yang tidak terjangkau di dalam.
Tidak hanya itu, sejak debit air masih terus naik, listrik di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tabuk 2 sudah mulai dimatikan supaya tidak membahayakan masyarakat.
Namun, semakin terbatas pula komunikasi, informasi dan minimnya penerangan warga yang masih memilih tinggal di rumah, posko, juga tempat pengungsian di wilayah tersebut.
“Banyak lansia, bayi dan balita ikut mengungsi dengan fasilitas yang sangat tidak layak,” katanya.
Warga terdampak banjir mulai kedinginan karena tempat pengungsian sangat rawan angin dan hujan.
“Mau nangis saya melihat keadaan ini, semoga saja banjir lekas surut", lirih Jamhuri. (dya)