Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Religi

Mengintip Karya Busur Panah dari Tangan Ulet Pria Hulu Sungai

Avatar
865
×

Mengintip Karya Busur Panah dari Tangan Ulet Pria Hulu Sungai

Sebarkan artikel ini

MUHAMMAD HIDAYAT – Kandangan, Hulu Sungai Selatan

TAK ada latar belakang atlet pemanah dalam dirinya, namun dengan kreatifitas yang ia miliki, pria ini akhirnya menjadi pengrajin busur panah. Ia adalah Mahli Majidi, warga Desa Kapuh, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Modal usahanya bisa dikatakan sangat kecil. Bagaimana tidak, bisnis yang ia keluti dari pertengahan tahun 2017 lalu itu ia mulai dengan modal uang Rp 300 ribu saja. Namun hasilnya boleh dilihat sendiri, sekarang pria yang akrab disapa Ali ini telah mempunyai tempat khusus yang dinamakannya Ali Archery Showroom, sebuah tempat yang berada di halaman rumahnya, Desa Kapuh, untuk memajang busur panah hasil karyanya sendiri.

Saat ditemui koranbanjar.net di rumahnya, pri berusia 35 tahun ini menceritakan, sebelum menjadi pengrajin busur panah, ia pernah mencoba membuat kerajinan kaligrafi dari bahan batang bambu betung serta aneka kalung dan aksesoris lainnya. Namun menurutnya karena hasilnya tidak maksimal, kerajinan yang ia buat untuk dijual tersebut hanya bertahan beberapa bulan saja dan tidak berkelanjutan.

Namun bukan Ali tampaknya jika menyerah sampai di situ saja. Setelah merasa tidak berhasil maksimal dengan dua karya sebelumnya, pria dua anak ini kemudian mencoba mengkaryakan sebuah busur panah.

Meski semuanya ia awali dengan otodidak dan benar-benar tak ada satupun orang yang mengajarkannya, Ali berhasil membuat busur panah layak jual.

“Saya menjadi pengrajin busur panah ini sudah satu setengah tahun. Awalnya saya hanya melihat pengrajin busur panah melalui internet. Dari situ saya terpikir bagaimana caranya supaya busur panah ada yang jual di kampung ini,” tuturnya kepada koranbanjar.net.

Dari percobaan pertama, Ali membuat busur panah dengan beberapa prototipe. Namun lama kelamaan, ia menjadi semakin lihai dengan hasil karyanya tersebut hingga ia yakin busur panah dari hasil keulatan tangannya itu memang layak jual.

Ali membuat busur panah dengan masih menggunakan alat-alat manual dan tradisional. (foto: mj-025/koranbanjar.net)

“Desainnya ada yang hasil kreasi sendiri, ada juga yang sambil melihat buatan orang di internet. Cuma kalau melihat buatan awal saya dulu, bentuknya terlihat sedikit lucu. Pernah juga saya membuat busur sepanjang 50 sentimeter dengan lebar 4 sentimeter. Hasilnya ternyata terlalu lebar, tapi untung masih bisa ditipiskan,” kisahnya sambil mengenang masa waktu ia masih mencoba-coba membuat busur panah dulu.

Selain memasarkannya langsung dengan cara konvensional, Ali juga menjual busur panahnya dengan cara online melalui Facebook dengan menggunakan jasa pengiriman barang.

“Namun tak jarang ada juga yang memesan langsung untuk minta dibuatkan khusus dengan bentuk dan selera masing-masing. Pembelinya pun berasal dari berbagai daerah, ada dari Kaltim, Kalteng, Surabaya, hingga Sulawesi. Kebanyakan memang pembelinya adalah guru-guru agama dari pesantren, mungkin karena mereka ingin mengoleksi atau memang hobi memanah karena olahraga memanah sesuai dengan sunah rasul,” bebernya.

Ali menyebutkan, untuk pembuatan satu set lengkap busur panah dengan tiga anak panah dan papan target, ia harus mengeluarkan modal sekitar Rp 150 ribu. Sedangkan bahan yang ia pilih untuk membuat busur panahnya adalah kayu sungkai dan kayu jati, yang biasanya ia dapat dengan memesan langsung dari penjual kayu.

“Harga jual satu set bervariasi, dari Rp 225 ribu sampai Rp 300 ribu, tergantung dari jenis bahan dan ukurannya. Busur yang saya sediakan ada dari ukuran anak-anak sampai dewasa, jenisnya ada recurve (busur panah standar, red) dan jenis horsebow. Jumlah pembelinya tidak menentu, namun dalam satu minggu pasti adalah dua sampai lima set busur panah laku terjual,” ungkapnya.

Ia mengatakan, proses waktu yang diperlukannya dalam membuat busur panah tergantung dari tingkat kerumitannya. “Dalam satu hari saya bisa menyelesaikan dua busur,” ucapnya.

Meski masih memakai sejumlah alat tradisional buatan sendiri, namun kini, Ali ini telah mempunyai satu orang karyawan yang membantunya dalam memproduksi busur panah. Bagaimana, tertarik untuk menjadi pemanah? (mj-025/dny)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh