KAPUAS TIMUR, KORANBANJAR.NET – Hingga saat ini, keberadaan seekor ular king kobra pada semak-semak di Handil Cempaka, Desa Anjir Serapat Tengah, Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalteng, yang diyakini masyarakat setempat sebagai seekor ular yang sedang bertapa karena tidak berpindah dari tempatnya selama tiga tahun, terus menghebohkan dan memancing perhatian sejumlah warga yang ingin melihatnya secara langsung.
Bahkan, dari pantauan koranbanjar.net pada hari Senin (26/11/2018), keberadaan ular di Handil Cempaka itu tak hanya didatangi oleh para warga dari daerah Anjir saja, namun juga didatangi sejumlah warga dari Banjarmasin hingga Kapuas.
Namun, benarkah ular berbisa tersebut merupakan seekor ular yang sedang bertapa sesuai dengan apa yang diyakini masyarakat setempat seperti yang telah diberitakan koranbanjar.net sebelumnya?
Untuk memastikan hal tersebut, koranbanjar.net telah menghubungi seorang yang mengerti tentang ular dari Divisi Riset pada Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia, Banjarmasin, Zain Basriansyah.
Menurutnya, secara sains, hingga kini tak ada laporan ilmiah tentang ular yang bisa bertapa.
Dalam kasus seekor ular king kobra di Handil Cempaka yang menurut warga tidak berpindah dari tempatnya selama tiga tahun –bahkan ada yang mengatakan ular tersebut tidak berpindah dari tempatnya selama lima tahun– itu, Zain menjelaskan, ada empat kemungkinan yang menjadi faktor penyebab keberadaan ular tersebut menjadi tidak berpindah dari tempatnya.
Kemungkinan pertama, Zain mengatakan, beberapa jenis ular memang punya sifat teritorialnya masing-masing, terlebih pada saat ular sedang menjalani musim berbiaknya. Jenis ular Ophiophagus Hannah –sebutan ilmiah untuk ular jenis king kobra– ini biasanya akan lebih sangat agresif dalam menjaga sarang yang berisi telur-telur mereka. Jadi mungkin saja terlihat seolah sedang bertapa, padahal mereka lagi menjaga telur-telur mereka di sarangnya.
Kedua, rasa aman dari ancaman pada suatu tempat bisa juga memungkinkan tempat tersebut dijadikan tempat untuk bersarang beberapa kali. Oleh karenanya, warga menjadi sering melihat jenis ular yang sama di tempat atau lokasi yang hampir sama.
Ketiga, ular yang dilihat di Handil Cempaka itu adalah ular-ular yang telah bereproduksi. Jadi bisa saja ular yang dilihat itu seolah ular yang itu-itu saja, padahal sebenarnya adalah ular yang berbeda hasil dari anakan ular yang sudah tumbuh dewasa.
“Meski begitu, sebenarnya ular king kobra belum pernah dilaporkan akan datang kembali ke tempat mereka ditelurkan, sama halnya seperti pada kasus penyu,” ujar Zain.
Faktor kemungkinan terakhir, ia menjelaskan, dukungan habitat yang masih aman dari gangguan, tempat yang masih sesuai dengan kehidupannya, serta adanya ketersediaan mangsa atau pakan pada suatu tempat, juga menjadi faktor yang memungkinkan ular tersebut tidak berpindah dari tempatnya.
“Dari empat faktor ini, masing-masing kemungkinannya sama 50:50,” terang alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini.
Pria penyuka binatang melata ini menyatakan, dalam beberapa kasus, ular jenis king kobra memang bisa ditemukan pada habitat atau kawasan yang sama karena memang sedang bersarang di wilayah kekuasaannya.
“Namun saya agak ragu dengan data yang menyebutkan ular itu sudah ada di situ selama tiga sampai lima tahunan. Ya tapi tak apalah kalo ada warga yang lebih percaya soal lain tentang ular itu,” ujar Zain yang diawal wawancara sempat tertawa ketika mengetahui cerita ada ular yang dipercaya warga sedang bertapa di semak Handil Cempaka.
Setelah memastikan jenis ular di Handil Cempaka itu adalah jenis king kobra melalui foto yang diperlihatkan koranbanjar.net, Zain menyarankan agar ular tersebut jangan diganggu ataupun dibunuh, mengingat peran ular adalah sebagai predator dalam suatu ekosistem.
“Jadi kalau dihilangkan (dibunuh, Red), maka akan berdampak pada ekosistem kita sendiri. Selain itu, ular ini sangat mematikan. Saat ini kita masih mengekspor anti bisanya dari luar negeri, karena saat ini Indonesia belum punya anti bisa ular untuk jenis king kobra,” pesan Zain. (dny)