Satu tahun lebih belakangan ini, terminal taksi angkutan umum yang terletak di Kecamatan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan ini sudah sangat sepi dari penumpang. Para sopir pun mengutarakan keluh kesahnya, hingga bikin hati terenyuh.
MARABAHAN, koranbanjar.net – Tidak ada lagi suara dari kernet untuk menarik pengunjung yang ingin naik taksi, suara klakson pun tak lagi terdengar dari terminal Marabahan ini.
Setelah terjadinya pandemi Covid-19 berimbas sangat besar di kalangan ekonomi menengah, kendati begitu para sopir taksi tetap mangkal di terminal ini berharap ada penumpang yang datang.
Biaya yang tidak cukup mahal hanya Rp30.000 saja per orang sudah bisa berangkat dari Marabahan ke Handil Bakti.
Para sopir taksi juga mengeluhkan tentang beberapa faktor yang membuat di terminal tak lagi ramai pengunjung.
Seperti yang dikatakan Sopir Taksi, Utuh (42), dia sudah 10 tahun menjadi sopir taksi. “Imbas pandemi terhadap ekonomi kami sangat berdampak besar, terutama penumpang di sini sudah terhitung sepi, ditambah dengan pandemic, semakin sepi, belum lagi harus menafkahi keluarga”
Belum lagi, belum lama tadi pemerintah menerapkan PPKM di Kabupaten Batola. “Wah itu kami tidak dapat sama sekali penumpang, sebelum adanya pandemi ini. Dulu kami bisa 2 kali pulang pergi mengantar pelanggan, tapi sekarang kalo 1 penumpang aja kami sudah syukur apalagi kalo lebih,” ungkapnya
Faktor utama sepi penumpang di sini tidak hanya karena pandemic, tapi juga setelah adanya layanan Damri untuk masyarakat.
“Faktor yang sangat dirasakan ini sebenarnya dari Damri, sebetulnya tidak apa-apa ada Damri, karena mereka kan mempermudah masyarakat yang dari Marabahan ke Banjarbaru, tapi sangat disayangkan kalau mereka juga mengambil jatah penumpang kami,” katanya.
Karena sebelumnya pihak Dishub sudah membuat perjanjian dengan pihaknya, bus Damri tidak boleh mangkal terlalu lama dan jalur mereka khusus pulang pergi Banjarbaru saja. “Tapi kalo saya lihat-lihat mereka juga mengambil penumpang yang dari Marabahan ke Banjarmasin yang seharusnya itu kami yang mengantar,” curhat Utuh kepada Koranbanjar.net, Jumat (10/9/2021).
“Kami di sini sangat berharap, tolong pihak Damri juga memperhatikan kami, kami di sini tidak digaji siapapun, kami hanya berharap uang dari penumpang saja, jadi tolong beri kebijaksanaan dari Dishub agar kami bisa menerima Damri di wilayah sini,” tutupnya.(mj-39/sir)