Al Mukarram Al Arifbillah Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul merupakan ulama besar kharimatik asal Martapura, Kalimantan Selatan yang mendapatkan anugerah komplit dari Allah Swt. Dia tak hanya sangat ‘alim atau memiliki ilmu yang luas, wajah yang rupawan, hingga suara yang sangat merdu. Hampir semua bidang ilmu agama telah dikuasai Abah Guru Sekumpul. Termasuk memperdalam ilmu Alqur’an seperti ilmu tajwid hingga qiro’at, hingga melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan sangat merdu. Dua di antaranya guru, tempat Abah Guru Sekumpul memperdalam ilmu Alquran tersebut adalah KH. Abdul Mutholib dan KH. Nashrun Thohir asal Pasayangan, Kota Martapura.
DENNY SETIAWAN, Martapura
Sekitar tahun 1987, penulis pernah tinggal di kediaman KH. Abdul Mutholib, tepatnya sekitar Simpang 4 Jl Berlian Desa Pasayangan, Kota Martapura.
KH. Abdul Mutholib dikenal sebagai seorang ulama ahli membaca Alquran. Banyak qori-qori nasional yang pernah belajar dengan KH. Abdul Mutholib. Adapun salah seorang anak murid sekaligus putra angkat KH. Abdul Mutholib ini adalah qori yang sering membacakan ayat-ayat suci Alquran di Majelis Abah Guru Sekumpul, yakni KH. Abdul Kholiq (almarhum). Selain dikenal sebagai qori, KH. Abdul Kholiq juga merupakan guru Ponpes Darussalam dan mu’adzin Masjid Agung Al Karomah Martapura.
Abah Guru Sekumpul selagi muda juga sempat memperdalam ilmu Alquran dengan KH. Abdul Mutholib. Tidaklah mengherankan selagi muda, bilamana Abah Guru Sekumpul melantunkan ayat-ayat suci Alquran di sebuah acara keagamaan atau majelis, banyak “kaum hawa” yang terpesona mendengar kemerduan suara Abah Guru Sekumpul, hingga tak mampu beranjak pergi.
Menurut kesaksikan istri KH. Abdul Mutholib yang bernama Antiniah bercerita kepada penulis sekitar tahun 1987, kemerduan suara Abah Guru Sekumpul selalu mengundang perhatian siapa saja yang mendengar. “Kalau Guru Zaini (Guru Sekumpul) sudah mengaji, banyak wanita yang terkagum-kagum, mencari asal suara dan ingin sekali melihat Guru Zaini,” ungkap Antiniah waktu itu.
Antiniah kala itu juga menceritakan, ke’aliman Abah Guru Sekumpul memang sudah tampak sejak muda.
Sementara itu, sebagian kebiasaan Abah Guru Sekumpul sewaktu tinggal di Kampung Keraton, Martapura yang pernah dijumpai penulis secara langsung, antara lain, di luar waktu pengajian, Abah Guru Sekumpul juga sering ikut mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan keperluan ibadah bersama jamaah majelis. Misalnya, memperbaiki leding tempat wudhu atau lainnya.
Pernah satu ketika, penulis melintas di jalan sekitar Musala Ar Raudhah di Jl Keraton. Abah Guru Sekumpul tampak mengenakan baju kaos oblong warna putih dan sarung, sambil ikut membetulkan kran leding bersama jamaah majelis lainnya.(*)