Sejak lahir Salman yang kini usia 12 tahun, hidup dalam keprihatinan dan keterbatasan. Sempat tinggal kelas, namun akhirnya dapat diselesaikan.
BANJARMASIN,koranbanjar.net – Sejak lahir itu pula Salman dibesarkan oleh sang ibu, sedangkan ayahnya mengalami gangguan jiwa ketika Salman lahir. Kondisi tersebut membuat ibunya harus bekerja keras dengan berjualan kue keliling menghidupi keluarganya.
Meskipun hidup serba terbatas dalam himpitan ekonomi, Salman memiliki semangat yang tinggi untuk terus belajar. Diketahui, ia pernah tidak naik kelas satu kali. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus belajar dengan keras agar naik kelas.
Sebelum ada wabah, ia tetap rajin sekolah bahkan gurunya pun memberikan les tambahan untuk Salman.
“Alhamdulillah, sekarang Salman sudah naik ke kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah,” ungkapnya.
Salman tetap rajin sekolah tiap hari dan guru sekolahnya memberikan les tambahan setiap pulang sekolah. Kepada Relawan Rumah Yatim Kalimantan, Salman menyampaikan ingin mengubah taraf hidup keluarganya keluar dari kemiskinan melalui pendidikan.
Ulun (saya) akan terus berusaha belajar untuk mewujudkan keinginan mengangkat derajat orang tua,” katanya.
Salman merupakan anak dari penjual kue yang berjuang bertahan hidup di tengah situasi sulit sekarang. Atas kondisi itu, Rumah Yatim menyerahkan bantuan beasiswa duafa kepada Salman,Rabu (20/5/2020) di kediamannya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Adanya bantuan ini diharapkan dapat menjadi penyemangatnya untuk kelangsungan pendidikannya di masa depan. Serta membantu memenuhi kebutuhan belajarnya. Salman merupakan satu dari jutaan anak yatim yang membutuhkan uluran tangan bersama. Hingga kini pula Rumah Yatim terus masif memberikan bantuan untuk pendidikan anak yatim dan duafa di seluruh wilayah Indonesia. (rumahyatimkalimantan/dya)