Sehari sebelum meninggal dunia, Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani sempat mengalami desaturasi pada angka 40 persen. Desaturasi adalah penurunan saturasi oksigen yang diukur melalui alat pulse oximetry.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Kondisii Nadjmi demikian diungkapkan Dokter Spesialis Syaraf RSUD Ulin Banjarmasin, Among Wibowo, Senin (10/8/2020) pagi.
“Hingga kemarin, Minggu, 10 Agustus 2020 pagi, terjadi kondisi yang namanya desaturasi, saturasinya turun sampai ke 40. Kemudian dilakukan penatalaksanaan secara tepat oleh tim dokter yang merawat. Lalu sekitar pukul 9.00 Wita pagi kemarin, dilakukan penanganan ventilator,” ujarnya kepada wartawan.
Dia mengakui penanganan yang dilakukan tim dokter RSUD Ulin Banjarmasin sudah sesuai standar penanganan Covid-19. Bahkan Nadjmi juga sempat diberi terapi plasma konvalesen dan terapi lainnya.
Baca juga: Banjarbaru Berkabung, Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani Meninggal
Saat menjalani perawatan, pemantauan intensif terus dilakukan tim dokter. Namun, pada Minggu pukul 00.00 Wita, kondisi Nadjmi semakin memburuk. Lalu pada pukul 02.30 Wita dini hari, pria yang menjabat Wali Kota Banjarbaru pada 2016-2020 itu dinyatakan meninggal dunia.
“Kami sudah berupaya sekuat tenaga, dan upaya terakhir itu ialah dengan terapi menggunakan ventilator,” jelasnya.
Baca juga:
Jenazah Almarhum Nadjmi Adhani Dimakamkan di Taman Makam Bahagia
Jadwal Prosesi Pemakaman Walikota Banjarbaru, Nadjmi Adhani
Sebelumnya, Nadjmi Adhani dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin dari RS Idaman Banjarbaru pada 27 Juli 2020, akibat Covid-19 yang ia diakui sendiri melalui rekaman video. Karena kondisinya yang memburuk, pada 28 Juli, ia dirawat di ruang intensif care unit (ICU) Covid-19 RSUD Ulin. (ags/dny)