Pengamat Politik Muhammad Uhaib As’ad meragukan bakal ada koalisi poros ketiga pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2020 Kalimantan Selatan. Hal itu lantaran tidak ada sosok yang marketable atau berharga untuk “dijual” hingga saat ini.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Menurut dosen Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Al Banjari Banjarmasin, Pilgub 2020 Kalsel cukup mempertarungkan dua koalisi, yakni pasangan Sahbirin-Muhidin (Golkar-PAN), dan Denny-Difri (Gerindra-Demokrat).
“Sampai hari ini saya tidak ada keyakinan akan ada poros ketiga. Kalau toh ada poros ketiga, siapa yang akan dicalonkan,” ucap Doktor Alumni Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang itu kepada koranbanjar.net, Kamis (6/8/2020).
Menurut dia, meski PDIP, PPP, PKS, dan PKB yang saat ini belum menyatakan dukungan mencukupi untuk mengusung 1 pasangan calon (Paslon) baru dengan total 11 kursi, namun tidak ada yang mumpuni untuk melawan dua figur yang telah ada.
Sebut saja, kata dia, nama bakal calon di poros ketiga itu misalnya Rosehan, Mardani H Maming dari PDIP, Aditya Mufti Ariffin dari PPP, Pangeran Khairul Saleh dari PAN, dan Habib Abdurrahman Bahasyim atau Habib Banua.
“Tapi kalaupun ada poros ketiga, Rosehan bukan lawannya Sahbirin, bukan pula lawan Denny. Karena menakar kekuatan Rosehan apalagi Aditya, saya kira ini sama dengan politik bunuh diri,” sebut pria lulusan S2 Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Sementara Pangeran Khairul Saleh, ucap dia, masih boleh. “Tetapi kalau berbicara masalah era, itu sudah lewat. Lalu, Mardani tidak mungkin maju. Sedangkan Habib Banua, mencalonkan sebagai Wali Kota Banjarmasin saja dia tidak punya nyali,” ujarnya.
Melihat kondisi itu, dia menilai, partai yang belum menyatakan dukungan kepada salah satu koalisi sebaiknya segera bergabung .
“Yang bagus ini biarlah partai itu bergabung ke Sahbirin atau ke Denny. Kalau ada poros ketiga maka itu hanya akan memecah suara. Kalau untuk memenangkan susah, karena tidak ada figur marketable untuk dijual,” tandasnya. (ags/dny)