MARTAPURA, koranbanjar.net – Ratusan driver ojek online (ojol) Gojek di Kalsel (Martapura, Banjarbaru, dan Banjarmasin) sepakat melakukan aksi Off Bid atau mogok massal selama 2 x 24 jam, terhitung mulai hari ini, Sabtu (7/9/2019).
Aksi ini sebagai bentuk protes kepada owner Gojek Indonesia usai adanya pemotongan skema insentif yang selama ini diterima driver.
Komunitas Driver Gojek Kalsel melayangkan surat kepada manajemen Gojek. Dalam isi surat tersebut tertulis ada dua poin, seperti yang diterima koranbanjar.net, Kamis (6/9/2019).
Poin pertama: Mengembalikan skema insentif dari 45 ribu menjadi 80 ribu. Jika hal ini tidak ditindak lanjuti maka kami akan melakukan Off Bid missal yang dilaksanakan pada 7 – 8 September 2019 (2×24 jam).
Poin kedua: Jika permohonan ini tetap tidak didengar maka akan dilakukan aksi-aksi susulan yang durasinya lebih lama.
Karim, salah satu driver Gojek asal Landasan Ulin, Banjarbaru mengungkapkan, pemotongan ini diberlakukan sejak Senin (2/9/2019).
Ia menjelaskan, saat ini insentif berkurang hampir 50 persen, yang harusnya 80 ribu didapat dalam sehari tutup poin, sekarang menjadi 45 ribu.
Selain itu, meski tarif minimum untuk customer (cs) naik dari 4 ribu menjadi 9 ribu. Namun, ujarnya, dari 9 ribu itu ada pemotongan lagi 20 persen, dan hanya Rp 7.200 yang diberikan untuk driver.
Kalau sebelumnya, jelasnya lagi, meski tarif untuk cs cuma 4 ribu, tetapi pihak Gojek memberikan insentif dari Go-Pay sebesar 4 ribu rupiah.
“Mana sudah insensif dari cs ada potongan, ditambah lagi insentif kami dari poin dikurangi, jadi sebenarnya kami ini sudah sangat kekurangan banget dalam penghasilan,” tandas Karim Senin tadi.
Untuk diketahui, pada 2 September kemarin, penyesuaaian tarif baru untuk ojol se-Indonesia diberlakukan. Ini berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 348 tahun 2019 yang merupakan turunan atas Permenhub 12/2019.
Tarif ini disamaratakan antara Gojek dan Grab, dan diatur berdasarkan zonasi. Pulau Kalimantan masuk pada zona III dengan tarif minimum Rp 7.000 – 10.000. Di Kalimantan Selatan sendiri berlaku tarif minimum 9 ribu rupiah.
Meski tarif dinaikkan, nyatanya malah merugikan bagi dirver Gojek, sebab pihak manajemen melakukan banyak pemotongan insentif.
Namun lain halnya bagi driver Grab, dari mereka belum ada yang mempermasalahkan, sebab tidak ada pemotongan insentif dari manajemen, seperti pengakuan M Saipullah kepada koranbanjar.net. “Hanya ada kenaikan tarif cs saja menjadi 9 ribu, tidak ada pemotongan insentif,” ucapnya kemarin. (dra)