Kapal feri penyeberangan yang selama ini digunakan truk angkutan barang mendadak di Jalan Kayu Tangi Ujung Banjarmasin ditutup pemiliknya, H.Rannisa.
BANJARMASIN, koranbanjar.net – Penutupan akses penyeberangan menggunakan kapal feri itu dipicu oleh pernyataan Wakil Bupati Barito Kuala (Batola) Rahmadian Noor di sebuah media sosial Instagram yang membuat H Rannisa tersinggung.
“Terus terang kami tersinggung, atas kata-kata Wakil Bupati Batola, Rahmadian Noor di media sosial, maka terpaksa sementara kegiatan untuk menyeberangkan truk dan angkutan lainnya kami tutup,” ujarnya kepada media ini, Selasa (9/2/2021) malam pukul 20.30 wita di Kantor PT Rannisa Delapan Tiga Satu Banjarmasin.
Ditanya sampai kapan penutupan ini berlaku, H Rannisa mengatakan, sampai Wakil Bupati Batola atau pihak yang mewakili meminta maaf sekaligus memberikan klarifikasi kepada pihak PT Rannisa Delapan Tiga Satu.
“Jika selama itu tidak ada pernyataan minta maaf dari Pak Rahmadian Noor atau dari yang mewakili, maka selama itu pula feri kami tutup,” tegasnya.
Sikapnya ini malah mendapat dukungan penuh dari kalangan sopir angkutan barang lintas provinsi itu. Bahkan katanya, apabila penutupan akses penyeberangan ini terjadi, ratusan sopir akan melakukan unjuk rasa terhadap Pemkab Batola.
“Mereka (sopir) mengancam akan melakukan demonstrasi, sebab mereka bakal tidak bisa mengirim barang ke luar daerah,”ungkapnya.
Selama ini H. Rani, sapaan akrabnya, mengaku niatnya hanya membantu mempermudah pengiriman arus barang terutama logistik ke luar daerah, sekaligus mengurangi terjadinya kemacetan di sepanjang Jalan S Parman-Hasan Basri (Kayu Tangi)
Padahal jika dihitung-hitung, lanjutnya, sebagai seorang pengusaha atau pebisnis, hasil yang diperoleh sama sekali jauh dari target keuntungan.
“Sebenarnya banyak kerja bakti kita, namun yang namanya membantu, atas permintaan pemerintah setempat, dan pihak-pihak terkait termasuk dari Polda Kalsel, maka kami siap melayani,” tuturnya.
Diketahui, beberapa hari yang lalu di media sosial, Wakil Bupati Batola, Rahmadian Noor menanggapi pertanyaan warga net, tentang sampai kapan kemacetan akibat penyempitan badan jalan yang disebabkan antrian truk angkutan barang menuju feri Rannisa sangat panjang.
“Tanggal 10, menurut Balai Jalan Kalimantan, Jembatan Mataraman sudah bisa dilewati truk besar, artinya mereka tidak lewat feri berangas lagi. Kemudian yang arah Kalteng, lagi diusahakan lewat jalur sungai di Trisakti sampai Jembatan Barito. Bila sudah jalan, maka feri berangas sudah tidak diperlukan lagi. Aku sudah minta Dinas PU untuk memperbaiki jalan yang rusak,” pernyataan Rahmadian Noor menanggapi pertanyaan warga.
“Jangankan memberikan apresiasi, berterima kasih pun tidak ada,” tandas H. Rannisa.
Terkait nilai tarif yang fantastis mahalnya, menurut pengakuannya, sama sekali para sopir tidak ada yang keberatan. “Bagi mereka yang penting pengiriman barang bisa terlaksana,” ucapnya
Lagian, sambungnya, tarif sebesar itu, bagi orang yang tidak mengerti tentang keperluan atau pengeluaran kapal, akan merasa sangat rugi dan keberatan.
“Supaya tahu, satu hari pengeluaran kami bisa sampai 75 juta, jadi kalau pendapatan 100 juta, sisa 25 juta, itu bagi kami rugi,” pungkasnya.(yon/sir)