Religi  

Jelang Idul Adha, Kalsel Masih Kekurangan Ribuan Hewan Kurban

BANJARBARU, koranbanjar.net – Hari raya Idul Adha tinggal menghitung hari lagi. Permintaan hewan kurban dipastikan kian tinggi. Namun sayangnya, dari catatan Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kalsel, saat ini Kalsel masih kekurangan stok hewan kurban.

Kepala Bidang (Kabid) Penyuluhan, Pengolahan dan Pemasaran (P3) Disbunak Kalsel, Rusli, mengatakan ketersediaan sapi di Kalsel saat ini hanya 3.646 ekor. Sementara kerbau hanya 314 ekor. Sedangkan kebutuhan hewan kurban saat Idul Adha nanti diperkirakan sekitar 5.387 ekor. “Artinya, agar bisa memenuhi permintaan hewan kurban masih diperlukan tambahan sekitar 1.400 ekor sapi,” katanya.

Untuk menutupi kekurangan tersebut, diterangkan Rusli, sejumlah peternak di Kalsel akan mendatangkan sapi dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Padahal, menurut Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan Kalsel, Faried Fahmansyah, jika dilihat dari populasinya, ketersediaan hewan di Kalsel sebenarnya sudah mencukupi untuk keperluan konsumsi masyarakat. Namun ketika menjelang Idul Adha permintaan masyarakat menjadi sangat meningkat.

“Jadi wajar saja kurang karena walaupun populasi hewan ternak di Kalsel tinggi tapi ada yang umurnya kurang untuk dipotong, atau beratnya kurang, sehingga memang perlu mendatangkan hewan kurban dari luar Kalsel. Untuk populasi hewan ternak di Kalsel itu sapinya sekitar 170 ribu ekor, kerbau 24 ribu ekor dan kambing 74 ribu ekor,” ujarnya.

Ditemui terpisah, Kepala Balai Karantina Kelas I Banjarmasin, Achmad Gozali, saat Rapat Koordinasi (Rakor) Persiapan Pelaksanaan Kurban Dalam Rangka Idul Adha 1440 H, Kamis (1/8/2019), di kantor Setdaprov Kalsel, mengatakan untuk pendistribusian hewan ternak, pihaknya akan melakukan pengawasan di beberapa titik pintu masuk lalu lintas ternak, terutama di jalur darat.

Rakor Persiapan Pelaksanaan Kurban Dalam Rangka Idul Adha 1440 H, Kamis (1/8/2019), di kantor Setdaprov Kalsel. (foto: yuli kusuma/koranbanjar.net)

Pengawasan dilakukan untuk memastikan persyaratan wajib hewan kurban, seperti surat sehat hewan yang dikeluarkan dokter hewan berwenang.

“Petugas atau dokter hewan yang menangani hewan kurban juga harus memiliki SK dari kabupaten atau kota masing-masing. Penanganan hewan dan daging kurban yang belum memenuhi standar kesejahteraan hewan dan hygiene juga dilakukan,” jelasnya.

Pada kesempatan itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana menekankan, laporan terkait hal-hal menyimpang selama di lapangan oleh petugas berwenang dan persiapan dokumen yang dibawa petugas untuk kemudian dilaporkan juga harus dilakukan.

“Tindakan persuasif seperti itu perlu dilakukan dalam pengawasan hewan kurban,” tegasnya.

Masih dalam rakor, Kepala Balai Veteriner Banjarbaru, Azfirman, untuk memastikan kesehatan hewan kurban, pihaknya sudah melakukan penelitian dan pemeriksaan ke Kabuapten Sambas, Kalbar. Lima provinsi yang ada di Kalimantan juga sudah diminta untuk mengambil sampel feses, darah, serum hewan ternak yang kemudian dikirim ke Balai Veteriner.

“Penyakit utama pada sapi yangg paling riskan yaitu anthrax dan brucellosis, namun di sapi Kalsel sudah bebas anthrax dan brucellosis,” ucapnya.

Lantas, berapa harga sapi saat ini? Staf Pelaksana Teknis Seksi Pemasaran dan Promosi, Alpianor, secara terpisah menyebutkan harga sapi pada Juni lalu sekitar Rp15 jutaan per ekor. Kemudian sejak awal Juli kemarin harga sapi mengalami kenaikan sekitar 10 persen atau Rp 16 jutaan per ekor.

“Kenaikan harga hewan kurban sudah biasa terjadi setiap menjelang hari raya Idul Adha karena permintaannya meningkat,” ungkapnya.

Sementara daerah yang paling banyak menghasilkan hewan kurban di Kalsel saat ini, tambah Alpianor, yakni wilayah Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala. (ykw/dny)