Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia(Hipmikindo) Kalimantan Selatan menyikapi terjadinya kelangkaan elpiji subsidi 3 kilogram serta dampaknya bagi masyarakat ekonomi bawah.
BANJARMASIN, koranbanjar.net –
Dari hasil wawancara via Whatsapp dengan koranbanjar.net, Sabtu (29/8/2020) di Banjarmasin, Ketua DPD Hipmikindo, Yeni Mulyani memaparkan, kelangkaan dan meroketnya harga elpiji di pengecer, disebabkan tata kelola dan pengalokasian pendistribusian kurang tepat.
“Kami melakukan survey mengenai kelangkaan elpiji ini dan dampak ditimbulkan. Hasilnya sudah kami laporkan ke DPP Hipmikindo Pusat untuk meminta disuarakan ke DPR RI,” terangnya.
Dari hasil laporan tersebut di daerah, Hipmikindo pusat melakukan audiensi dengar pendapat dengan DPR RI, imbuhnya.
Berdasarkan hampir 70% hasil survey, pihaknya berharap ada evaluasi total mengenai tata kelola dan pengalokasian pendistribusian yang tepat.
“Sehingga kelangkaan dan kenaikkan harga elpiji ini dapat diminimalisir,” ucapnya.
Ditegaskan olehnya, dampak dari kelangkaan dan mahalnya harga elpiji ini, otomatis mengurangi daya, kualitas dan kuantitas produk para penggiat UMKM yang ada di Banua.
Tentunya, diharapkan kelangkaan ini tidak berlangsung lama, karena ini menyangkut roda usaha para penggiat ekonomi UMKM di Banua.
“Semoga didengar, diakomodir dan terealisasi dengan baik,” harapnya.
Sementara, pedagang nasi goreng rombong(gerobak), bernama Hairiri, saat ditemui koranbanjar.net mengaku, akibat naiknya harga elpiji 3 kilogram tidak wajar ini, dirinya mengaku merasa kerugian akibat naiknya harga gas melon ini ditambah harga barang pokok yang juga meningkat.
“Saat sekarang semuanya serba pas-pasan, cari uang buat kebutuhan sehari-hari saja susah, apa lagi kebutuhan serba mahal,” keluhnya.
Berbeda dengan keluhan Hairiri, Warga Teluk Dalam Banjarmasin, bernama Rosehan Hasni dengan kesal justru mengatakan lonjakan dua kali lipat harga elpiji diakibatkan adanya permainan pangkalan elpiji.
Saat elpiji tiba di pangkalan, hanya masyarakat yang mengetahui bisa mendapatkan elpiji. Bagi yang tidak mengetahui atau terlambat datang, saat ingin membeli elpiji, pihak pangkalan selalu mengatakan sudah habis dijual, padahal kata Rosehan, saat malam hari dijual ke pengecer dengan harga tinggi.
“Sama pengecer dijual lagi 25 ribu lalu dijual lagi 27 ribu lebih, terus sampai 40 ribu, saya mengintai dan membuktikannya,” bebernya.
Dirinya berharap Pemerintah Kota mengadakan operasi pasar, untuk mengatasi kekurangan elpiji yang sangat menyusahkan masyarakat kecil, khususnya di Kota Banjarmasin. (yon)