Tragis betul yang dialami korban banjir di wilayah Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Dampak banjir menyebabkan hasil panen padi (banih, Bahasa banjar, red) terendam banjir hingga mencapai 156 ribu blek (blek; tempat penampungan padi). Pasalnya, satu petani mengalami kerugian akibat padi yang terendam sebanyak 400 blek, jika ditaksir dengan harga padi terkini sebesar Rp80.000 per blek, total Rp24.000.000 per petani.
SUNGAI TABUK, koranbanjar.net – Dampak banjir di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tidak hanya menyebabkan rumah-rumah terendam dan rusak, kemudian perabotan ruma hancur. Tetapi juga mengakibatkan hasil padi yang sudah dipanen, kemudian disimpan di rumah tenggelam.
“Orangtua saya menyimpan banih (padi) ribuan blek. Tetapi sekitar 300 blek yang tidak sempat diamankan, sehingga terendam air. Kalau harga sekarang satu blek delapan puluh ribu, tinggal dihitung kalau jumlahnya 300 blek (berarti; Rp24 juta),” demikian diungkapkan putra, H Nahrawi, Halil, warga Desa Lok Buntar, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.
Dia menambahkan, kerugian itu hanya dialami orangtuanya, belum termasuk kerugian yang dialami petani-petani lain. Sedangkan warga Desa Lok Buntar, Sungai Tabuk, rata-rata berprofesi sebagai petani. “Kalau dihitung kerugian semua warga yang terkena banjir, banyak sekali. Rata-rata penduduk menyimpan banih, jadi jumlahnya bisa ratusan ribu blek,” ungkap Halil.
Dia memperkirakan, hampir semua penduduk berprofesi sebagai petani. Di Desa Lok Buntar ada delapan RT. Jika masing-masing RT penduduknya berjumlah 65 kepala keluarga sebagai petani, berarti jumlahnya 520 kepala keluarga atau petani. Seandainya masing-masing petani mengalami kerugian 300 blek dikalikan 520 petani jumlahnya mencapai 156.000 blek. Jika dirupiahkan sebesar Rp12.4 miliar.
“Banih yang dimiliki orangtua saya terendam sebanyak 300 blek, itu paling sedikit. Kalau dihitung semua rata-rata tidak bisa menyelamatkan sebanyak itu bisa dihitung jumlahnya, pasti mencapai puluhan miliar. Itu hanya satu desa,” ucap Halil.
Tidak termasuk rumah-rumah yang rusak akibat terendam air, kemudian perabot rumah tangga yang turut hancur. “Kalau di rumah ulun saja, kitab-kitab agama banyak sekali yang terendam, bahkan beberapa lemari. Padahal harga kitab itu tidak ada yang murah,” jelasnya.(sir)