BANJARMASIN, koranbanjar.net – Mengupas riwayat singkat mengenai kisah seorang anak cina yang berkubur di dalam makam Sultan Suriansyah yang disebut sebagai Wali Anang artinya anak laki-laki yang tidak berdosa.
Jurnalis media ini mengorek bagaimana kisah Wali Anang kepada salah satu pengurus makam, bernama Taufik, menurut pengakuannya kurang lebih 15 tahun menjadi tukang sapu di makam bersejarah tersebut.
Sabtu, (15/2/2020) pukul 11.00 WITA, Taufik mulai bercerita, katanya dahulu kala ada seorang pedagang dari saudagar kaya berasal dari negeri tirai bambu bernama Hong, ia membeli tanah di Kuin Cerucuk, kemudian tinggal dan menetap di sana.
Pada waktu itu, Hong memiliki seorang anak laki-laki berusia sekitar di bawah 10 tahun, kemudian berjiarah ke makam Sultan Suriansyah, dan sempat mengislamkan diri kepada abdi makam.
Seiring waktu, Hong kerap berziarah ke makam Raja Banjar pertama itu, tiba-tiba tanpa disadari, anak laki-lakinya jatuh kedalam sumur makam, saat itu sumur dalam keadaan terbuka tidak ada penutup seperti sekarang.
Karena tidak bisa berenang, akhirnya anak itu tenggelam di dalam sumur yang konon katanya 500 tahun yang lalu, sumur itu hanya digunakan tempat mandi para ratu dan putri raja.
“Sebab kata orang tua dulu, Raja melarang putrinya atau istrinya mandi di luar kawasan kerajaan,” ujar Taufik sembari mengingat kisah sejarah sumur itu.
Masih tentang cerita Wali Anang, Taufik melanjutkan, setelah ditunggu beberapa hari jasad anaknya tidak muncul-muncul, akhirnya orang tua anak itu pergi meninggalkan sumur makam, menganggap anaknya sudah meninggal dan hilang di telan dalamnya air sumur.
Hari berlalu, tiba-tiba terdengar jasad anak cina ditemukan di laut muara banjar, ” cerita orang dahulu, saat ditemukan jasad anak itu masih utuh tidak hancur, padahal sudah beberapa hari tenggelam di dalam sumur, yang anehnya lagi tiba-tiba kok munculnya di laut muara banjar,” cerita Taufik.
Sehingga abdi makam berkeyakinan, kalau sumur makam Sultan Suriansyah tembus ke laut muara banjar. Anak Cina yang jasadnya utuh, atas usul sesepuh makam, karena orang tuanya sudah tidak ada lagi, akhirnya dimakamkan(dikuburkan) di samping makam Sultan.
“Karena abdi makam kala itu tidak mengetahui nama anak ini, akhirnya disebutlah ia Wali Anang, yang diartikan anak laki-laki belum berdosa,” pungkasnya.(yon)