Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Transportasi

Budi Daya Porang Jadi Bisnis Menjanjikan di Tengah Pandemi

Avatar
740
×

Budi Daya Porang Jadi Bisnis Menjanjikan di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini

Budi daya porang ternyata menjadi peluang usaha menjanjikan di tengah pandemi Covid-19. Tanaman penghasil umbi yang bisa dimakan dan dapat tumbuh di lahan terbatas itu membuat pembudidayanya meraup untung jutaan hingga miliaran rupiah.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Saking menjanjikannya, usaha budi daya porang di Banjarmasin juga dilirik sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang penjualan kapling tanah.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Komisaris perusahaan tersebut, Ali Hasni, mengaku budi daya porang yang ia lakukan bersama perusahaannya baru dilakukan pada 2020 ini. Sebagai bisnis sampingan, budi daya tanaman yang termasuk dalam anggota marga Amorphophallus itu cukup mudah dalam hal perawatan.

“Kita baru mulai penanamannya pada 2020 ini. Disiapkannya tepat saat ini musim hujan pada bulan 10, 11, 12 ini,” kata Ketua Himpunan Pengusaha Online (HIPO) Kalsel itu kepada koranbanjar.net, Kamis (1/10/2020).

Dia menceritakan, ide bisnis tersebut bermula saat awal pandemi Covid-19 di Indonesia. Sejak saat itulah ia bersama timnya berpikir keras mencari ide lain dengan mempelajari seluk-beluk berbagai tanaman. Mulai dari semangka, cabai hingga melakukan berbagai studi tanaman ke sejumlah tempat.

Dari berbagai upaya itu, mereka akhirnya menentukan budi daya porang sebagai tanaman yang ideal dan berpotensi menjadi peluang usaha.

“Kita mulai mempelajari dan dapatlah kawan-kawan dari Jawa yang siap bersama kami. Saling isi kita. Kawan yang punya ilmu perkebunan dari Jawa tapi mereka kekurangan lahan, jadi kita menyediakan lahannya,” tuturnya.

Umbi yang dihasilkan dari tanaman podang. (Foto: Agus Hasanudin / koranbanjar.net)

Dia mengungkapkan, dari masa tanam hingga panen memerlukan waktu enam bulan. Setelah panen, tanaman akan mengalami masa dormen tidur atau. Pada siklus itu, bagian tubuh atas tanaman mati, tetapi bagian bawah masih tetap hidup.

“Lalu tumbuh lagi tapi lebih besar. Semacam istirahat, itu uniknya,” bebernya.

Meski terbilang lama baru panen, namun keuntungan dari hasil porang cukup menjanjikan. Bayangkan saja, dari modal Rp 150 sampai Rp 200 juta per hektar mereka bisa menghasilkan Rp 1 miliar hingga Rp 1,4 miliar.

“Saya berpikir, inilah sesuatu yang selama ini kami cari. Kalau aku tanam semangka, modal Rp 15 juta gaji karyawan aja pas-pasan,” ujarnya.

Mahalnya harga porang karena termasuk sebagai salah satu komoditas primadona di pasar internasional, seperti jepang, vietnam, korea dan lainnya. Umbi pada porang digunakan sebagai pengganti beras. Biasanya disebut beras porang. Selain itu bisa juga dijadikan tepung, dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik, lem pesawat, pembalut wanita, atau obat.

“Kalau di luar negeri sedang gencar-gencarnya orang berpindah ke beras porang. Gandum pun sekarang sudah pindah ke beras porang karena tidak mengandung zat pemanis,” jelasnya.

Baca juga: Kreatif di Tengah Pandemi, Guru ini Tuai Untung dari Selada

Dia mengatakan, tingginya permintaan porang lantaran tanaman bernama ilmiah Amorphophallus Muelleri itu hanya hidup di wilayah Asia. “Harga bibit porang di Jawa saat ini Rp 290 ribu per kilogram. Sedangkan di Kalsel Rp 130 ribu sampai Rp 175 ribu per batang,” katanya.

Mudahnya lagi, tambah dia, porang tidak mudah mati. Sebab, tanaman hutan itu tidak disukai hama. (ags/dny)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh