Belanja Tidak Langsung Kabupaten Banjar Tak Lebih 50 Persen

Belanja tidak langsung Kabupaten Banjar sebagaimana terangkum dalam APBD, dinilai oleh kandidat Bupati Banjar 2020-2024 DR Andin Sofyanoor SH MH terlalu besar. Ia menyatakan, hal ini semestinya tak lebih 50 persen.

BANJAR,koranbanjar.net – Bagaimana dengan waktu terbatas selama 3 tahun 7 bulan bilamana memimpin Kabupaten Banjar? Hal ini ditanyakan Master of Ceremony (MC) broadcast sebuah televisi swasta ternama banua kepada Andin Sofyanoor, baru-baru tadi.

Lantas, apa jawaban Doktor Andin? Urgensi dari 3 tahun 7 bulan, yang perlu dilakukan adalah komunikasi dengan masyarakat sehingga bisa merubah pola piker. Memastikan mereka, tidak tergantung uang dalam  memilih kepala daerahnya.

“Mereka akan melihat program, bahwa program itu bukan sebuah janji belaka tapi konkrit,” ucapnya.

Implementasinya, sebut Andin, adalah meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan memperbaiki pengeluaran terutama belanja tidak langsung.

“Bagaimana caranya, pertama belanja tidak langsung tidak lebih dari 50 persen,” kata Andin, yang pernah tiga periode di DPRD Kabupaten Banjar.

Dipaparkannya, belanja tidak langsung Kabupaten Banjar terlalu besar atau terlalu banyak belanjanya. Perlu dilakukan perubahan dengan cara perampingan.

Itu tujuan besarnya, tidak lain dan tidak mengurangi pendapatan tapi hanya memindahkan dari pendapatan materiil mereka menjadi nilai ibadah.

Bagaimana kita membagi pendapatan atau sedikit keuntungan berbagi dengan yang lain sebagai amal jariyah. Sehingga, tidak memperkaya diri sendiri, missal seratus ribu dibagi seratus rupiah dengan lainnya.

“Kita doktrin Aparatur Sipil Negara. Kita bicara dari hati ke hati dengan ASN, apa yang kurang kebutuhannya. Sama-sama berbuat amal jariyah,” cetusnya.

Namun, hal penting itu tidak bisa dilakukannya sendiri, tidak juga bersama wakilnya, KH Muhammad Syarif Busthomi (Guru Oton). Tapi, bersama-sama ASN.

“Mereka tulang punggung, mereka yang bisa melakukan terobosan bisa berhasil kepada masyarakat,” ungkap Andin.

Jadi, itu langkah konkrit yang dilakukan. Pemecahannya, adalah soal mindset. Bagaimana doktrin yang benar kepada mereka, tidak lagi bicara soal material tapi spiritual.

“Membangun diri kita menjadikan ini kenangan bagi generasi berikutnya,” kata Andin. (dya)