Scroll ke bawah untuk melanjutkan
Koran Banjar
Koran Banjar
Religi

Batumbang, Tradisi Tahunan Masyarakat Pandawan yang Tetap Dilestarikan

Avatar
757
×

Batumbang, Tradisi Tahunan Masyarakat Pandawan yang Tetap Dilestarikan

Sebarkan artikel ini

PANDAWAN, KORANBANJAR.NET – Masjid Al A’la yang berada di Desa Jatuh, Kecamatan Pandawan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, setiap tahunnya sangat banyak dikunjungi warga baik dari lokal ataupun luar daerah untuk melakukan tradisi Batumbang.

Batumbang diperingati masyarakat pada Hari Raya Idul Fitri maupun Hari Raya Idul Adha mulai dari H+1 sampai H+3.

Advertisement
Koran Banjar
Scroll ke bawah untuk melanjutkan

Menurut Dani, seorang warga yang datang dari Kota Barabai, tradisi Batumbang telah dikenal lama dan dilakukan turun temurun.

“Bahkan tidak sedikit anak-anak maupun cucu dari kalangan pejabat di daerah yang melakukan ritual Batumbang di Masjid Berangkat (sebutan untuk Masjid Al A’la, red) ini,” ujarnya.

Warga yang melaksanakan tradisi Batumbang berusaha mengambil hikmah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT dengan doa dan harap kepada Yang Maha Kuasa untuk kepentingan generasi yang akan ada datang.

Proses tradisi Batumbang antara lain membawa bayi yang telah berumur kurang dari 3 tahun ke masjid, lalu orangtua mengangkat si bayi dan kemudian menjejakkan kaki si bayi tersebut ke atas tangga mimbar tempat khatib berkhotbah.

Kemudian si bayi dikembalikan kepada orangtuanya lalu disambung dengan acara menghamburkan uang receh untuk diperebutkan anak-anak yang ada, dilanjutkan acara shalat sunah dan doa yang dipimpin oleh seroang ustadz yang diiringi keluarga si bayi dan orang-orang sekitar yang mengikuti kegiatan ini.

Terakhir, membagikan kue apam ke masing-masing hadirin untuk dimakan bersama-sama dengan harapan kiranya rahmat dan berkah dari Allah SWT senantiasa tercurah.

Tokoh masyarakat bernama Sidiq menanggapi tradisi Batumbang mengandung makna bahwa diharapkan anak tersebut minimal mempunyai kapasitas diri sebagai pemimpin, serta memperkenalkan anak dengan tempat ibadah bukan pada tempat-tempat yang membuat orang menjadi fasik atau murtad.

“Tradisi Batumbang mengandung rasa kebersamaan sebagai makhluk sosial, sehingga patutlah dapat dilestarikan jangan sampai hilang atau sirna begitu saja, dan bisa menjadi aset budaya daerah yang dapat ditampilkan kepada masyarakat luar,” ujarnya kepada koranbanjar.net, Kamis (23/08).(ami/ana)

Protes RUU Anggota Parlemen Menari Perang Prabowo Ajak Puasa 5 Tahun KPK Lelang Barang Koruptor Gus Miftah Meminta Maaf Gus Miftah Ejek Penjual Es Teh