Kandidat Bupati Banjar DR Andin Sofyanoor SH MH menyatakan mundur sebagai kontestan bila masyarakat menghendaki satu suara setiap orang dibeli dengan duit. Kendati memiliki duit, Andin menegaskan anti beli suara masyarakat Kabupaten Banjar.
BANJAR,koranbanjar.net – Ketegasan Andin ini dinyatakan saat silaturahmi di Mandiangin Timur Kecamatan Karang Intan, Minggu (5/10/2020).
Kenapa anti beli suara dan tidak akan berbagi duit? Pertama, tidak punya duit. Kalau ada, juga bukan milik dia tapi teman-temannya.
“Kedua, tidak mau terlibat adu banyak duit. Paling mendasar ini soal membangun tradisi masyarakat,” kata dia.
Masyarakat, sebut Andin, tidak dalam posisi bersalah terhadap terjadinya persoalan money politic tapi pemimpin yang menggiring pada persoalan.
“Yakinkah dengan membeli suara maka pembangunan akan semakin baik,” cetus doktor lulusan Universitas Padjajaran Bandung.
Andin mengambil contoh di Medaeng, masyarakat luas menghendaki Prof Abdullah sebagai kepala daerah dan menentang praktek money politic.
Abdullah yamg berada di Jepang, diminta pulang untuk mengabdikan diri di daerahnya.
Setelah menjabat kepala daerah, Abdullah mengajak warga Medaeng di Jepang membangun daerah.
Lalu, Surabaya punya Risma. Padahal banyak orang berduit di Surabaya, tapi warga Surabaya memilih Risma.
Risma mencalonkan karena Surabaya saat itu kotor. Fokus kebersihan lingkungan dari sampah. Juga penerapan birokrasi yang bersih dan layanan masyarakat lebih baik.
“Ibu Risma menjadi walikota terbaik,” imbuhnya.
Pemimpin yang dipilih karena duit, maka kepala daerah akan sulit berpikir untuk memajukan daerahnya.
Diungkapkan Andin, kalau berbagi duit, dia bisa saja siapkan dan ada duitnya. Tapi, apakah itu dizinkan oleh habaib dan alim ulama.
“Diizinkanlah oleh paguruan? Kalau niat saja sudah salah, ujar guru, maka jangan pernah bisa menengok muka Rasulullah,” ucapnya. (dya)