KAPUAS TIMUR, KORANBANJAR.NET – Benda bulat yang menempel di atas kepala ular king kobra yang bersarang pada semak kebun karet di Handil Cempaka, Desa Anjir Serapat Tengah, Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kuala Kapuas, Kalteng, yang dipercaya sejumlah warga dan pengunjung adalah sebuah batu bertuah, atau yang sering disebut sebagai mustika ular, semakin membuat ular kobra tersebut menjadi perhatian masyarakat.
Terlebih, ada seorang pawang ular yang mendatangi ular tersebut karena sangat ingin memiliki mustika ular itu, seperti yang telah diberitakan koranbanjar.net sebelumnya.
Namun, benarkah benda bulat yang menempel pada kepala ular di Handil Cemapaka itu adalah mustika ular seperti yang diyakini sejumlah warga?
Menurut pecinta binatang melata dari Divisi Riset pada Pusat Studi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia, Banjarmasin, Zain Basriansyah, benda bulat yang menempel pada kepala Ophiophagus Hannah –sebutan ilmiah untuk ular jenis king kobra– yang bersarang di semak kebun karet Handil Cempaka itu adalah sebuah caplak atau kutu ular.
“No coment kalau kasus batu mustika mas. Sepanjang saya melihat ular, belum pernah ada yang punya mahkota apalagi batu mustika. Biasanya yang nempel itu adalah parasit kulit berupa caplak atau kutu ular. Tapi ya kembali ke kepercayaan masing-masing. Saya menjelaskannya sesuai sains, jadi saya berbicara sesuai pengetahuan saya,” jelas Zain saat dihubungui koranbanjar.net, Rabu (28/11/2018).
Lebih lanjut, alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Biologi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin ini menerangkan, parasit kulit berupa caplak atau kutu memang kerap ditemukan menempel pada ular-ular liar.
“Ya yang namanya binatang liar ya mas, pasti kerap diserang parasit. Kaya kucing gitu lo, kalau tidak dirawat kan juga bakalan banyak kutunya,” terangnya.
Setelah mengidentifikasi dua foto ular di Handil Cempaka tersebut dari koranbanjar.net, Zain memastikan bahwa benda bulat yang menempel pada bagian kulit kepala ular tersebut memang parasit kulit berupa caplak atau kutu yang sedang dialami ular itu sendiri.
“Benar dugaan saya, ini caplak atau kutu ular mas. Caplak ini mengindikasikan bahwa ular di foto kedua ini adalah individu yang berbeda, karena pada foto mas yang pertama tidak ada caplak di bagian kepalanya. Selain itu, ukuran tubuhnya berbeda dan warnanya juga lebih kekuningan. Mungkin ini foto indukan dewasanya, entah yang jantan atau betinanya. Betina king kobra itu lebih besar ukurannya dibandingkan induk yang jantan,” ungkap Zain.
Berkenaan dengan soal lain terhadap ular yang diyakini sejumlah warga sebagai ular yang sedang bertapa karena tidak berpindah dari tempatnya selama tiga tahun lebih itu, Zain tidak mau berkomentar banyak.
“Itu sudah biasa mas, local wisdom (kearifan lokal, Red) juga bagus buat konservasi. Jadi dengan adanya kepercayaan seperti itu, tidak ada orang yang bakal berani mengusik tu ular,” katanya.
Seperti yang telah diberitakan koranbanjar.net sebelumnya, Zain menyarankan, agar ular tersebut jangan diganggu ataupun dibunuh, mengingat peran ular adalah sebagai predator dalam suatu ekosistem. Ia menerangkan, jika ada seekor ular liar dibunuh, maka akan berdampak negatif terhadap konservasi alam dan ekosistem makhluk hidup. (dny)