Tapin  

Webinar Literasi Digital Kabupaten Tapin; Cerdas dan Bijak di Era Digital

Webinar Literasi Digital Tapin
Webinar Literasi Digital Tapin

Kementerian Komunikasi dan Informatika mengadakan webinar bertema “Cerdas dan Bijak di Era Digital.” di Kabupaten Tapin, Kamis (23/9/2021) pukul 14.00 Wita.

TAPIN, koranbanjar.net – Acara dibuka Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Samuel Abrijani Pangerapan dan Bupati Tapin M. Arifin Arpan, ini menampilkan sejumlah pembicara kompeten.

Dipandu oleh moderator Aulia Mawardhika, yang menghadirkan narasumber pertama Poppy Sovia dengan materi tentang ‘Bijak Berbicara di Kolom Komentar.’

Poppy menuturkan agar tidak kecanduan handphone maka batasilah penggunaannya, “kalau membahas kerjaan boleh saja tapi harus ada porsinya, Jangan sampai kita main handphone terus,” tuturnya.

Menanggapi komentar dengan bahasa gaul, Poppy menjelaskan kalau komentar dengan bahasa gaul dalam artian bahasa daerah kalau bisa berikanlah subtitlenya agar mudah dipahami oleh orang yang berbeda daerah.

“Karena pengalaman ada yang komentar tapi pakai bahasa gaul dengan bahasa daerahnya yang aku nggak ngerti, mau dicuekin ntar dikira nggak menghargai jadi ya aku like aja komentarnya di sosmed,” ucapnya.

Poppy mengingatkan, dalam bermedia sosial jangan saling menyinggung, berkomentarlah yang bagus, sopan santun dan saling menghargai.

Selanjutnya Narasumber kedua Wahyudi dengan materi tentang ‘Mengenali Berita Palsu.’

“Hoax adalah berita bohong atau berita tidak bersumber atau Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya,” tuturnya.

Wahyudi mengatakan, penggunaan teknologi yang tidak dibarengi dengan budaya kritis, literasi yang rendah dan ingin jadi yang pertama dalam menyebarkan Informasi, itulah yang menjadi penyebab hoax merajalela.

Narasumber ketiga Dara Rizky Amalia yang menjelaskan tentang ‘Cara Berinteraksi dan Berkolaborasi Di Media Sosial.’

Dara mengatakan, Saat berinteraksi di dunia digital hendaklah sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar, menggunakan kalimat yang jelas, juga hindari penggunaan kata yang multitafsir.

“Hargai orang lain seperti budayakan membaca sebelum berkomentar dan jangan mencela atau menghina orang lain,” ucapnya.

Kata dia, preferensi atau acuan bukankah kiblat utama, seseorang harus bisa menciptakan identitas dan karakter yang kuat karena setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing.

Terakhir narasumber Mislani dengan materi tentang ‘Berbudaya dengan Literasi Digital.’

“Literasi digital merupakan kemampuan seorang individu dalam menggunakan teknologi,” ujarnya.

Mislani mengatakan, literasi digital menurut douglas A. J. Belshaw menyatakan dalam tesisnya kultural, kognitif, komunikatif dan kepercayaan diri yang bertanggung jawab, kreatif, kritis dalam menyikapi konten dan bertanggung jawab secara sosial.

Permasalahan dalam teknologi digital yakni:

1. Adanya pelanggaran hak cipta atau hak kekayaan intelektual (HKI).

2. Rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan karena sumber daya manusia telah digantikan oleh teknologi digital.

3. Munculnya informasi digital yang tidak sesuai dengan fakta atau hoax.

4. Adanya budaya malas gerak karena pengaruh penggunaan teknologi digital.

5. Adanya penipuan digital yang mengatasnamakan orang lain. (Jwt)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *