Webinar Literasi Digital Banjarmasin; Kecanduan Medsos, Pahami Dunia Digital Kian Canggih

Literasi Digital Banjarmasin.
Literasi Digital Banjarmasin.

Banjiri hal-hal positif di ruang digital dengan kecakapan di ruang literasi digital, hal ini perlu dikembangkan, perlu dikaji perlu, diperhatikan agar konten-konten yang berbau negatif dapat dihindari.

BANJARMASIN, koranbanjar.net – Banyaknya ilmu pengetahuan serta pembelajaran di internet, membuat para penggunanya harus memperhatikan batasan-batasan dalam menggunakan internet, agar tetap bisa positif, kreatif dan aman berinternet.

Kementerian Komunikasi dan Informatika menggelar webinar bertema “Kenali dan Pahami 4 Pilar Literasi digital” di Kota Banjarmasin, Jumat (13/8/2021) pukul 14.30 WITA. Acara yang dibuka Wali Kota Banjarmasin, H. Ibnu Sina, S.Pi, M,Si

menghadirkan sejumlah pembicara yang berkompeten yakni, H.Abdul Hafiz, M.Pd.I, Sophie Navita, Barsihanor, M.Pd.I, dan Fannisa Liviandra. Kegiatan webinar dipandu moderator Amal Bastian.

Pemaparan narasumber pertama Sophie Navita, seorang presenter atau certified plantbased chef yang membawakan pemaran mengenai etika dalam berdigital.

Ia menyatakan bahwa dirinya sangat membutuhkan sekali mesin waktu untuk membatasi waktu di mana ia harus menggunakan handphone, waktu ia harus bekerja, waktu ia harus mengurus anak-anaknya.

“Pertama-tama harus disadari terlebih dulu bahwa diri kita ini kecanduan dalam menggunakan handphone, ketika sedang berkumpul ada saja seperti tangan saya tidak tahan untuk tidak menscroll atau mencek handphone,” katanya.

Tanpa kita sadari, seakan-akan nasib dunia ada di tangan kita, apabila kita tak mengecek handphone saat bangun tidur. Kemudian ia menambahi “repot kalo kita sadar tapi tidak mau mengakui bahwa kita itu kecanduan bermain sosial media,” terangnya.

Narasumber kedua Barsihanor, M.Pd.I, berprofesi sebagai akademisi Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin menyampaikan kecakapan berdigital.

Dalam penggunaan digital ini terpaut sekali dengan generasi, contohnya saja generasi alpha (2010-sekarang) generasi yang terlahir di masa teknologi yang semakin berkembang pesat.

“Maka dari itu bisa dikatakan di usia mereka yang sangat dini, mereka sudah mengenal dan menggunakan gadget, smartphone dan kecanggihan teknologi yang ada,” ucapnya.

Webinar Literasi Digital Banjarmasin.
Webinar Literasi Digital Banjarmasin.

Generasi alpha itu sendiri, tentunya sudah sangat akrab dengan teknologi, bahkan sejak lahir mereka sudah hidup di dunia dengan perkembangan teknologi yang pesat. Kini gadget bahkan sudah menjadi bagian dari hidup mereka sepenuhnya. Mereka tumbuh dengan Ipad di tangan, tidak bisa hidup tanpa handphone dan mampu mengoperasikan gadget hanya dengan mengenali tombol-tombolnya.

“Makanya banyak di era zaman sekarang anak-anak kecil sudah pada tanggap menggunakan handphone,” jelasnya.

Kemudian ada narasumber ketiga Fannisa Liviandra yang senada dengan narasumber sebelumnya terkait penggunaan gadget yakni tentang keamanan digital di sosial media.

Di balik pesatnya teknologi tak mungkin seseorang tak bermain sosial media, ternyata di balik penggunaan gadget terdapat juga sisi negatif yakni, adanya cyberbulillying yang dapat mengejek orang, mempermalukan, mengancam, dan bahkan melecehkan.

“Cyberbulillying sendiri bisa dilihat dengan adanya sesuatu hal seperti menyebarkan gambar atau informasi negatif yang tidak benar tentang sesorang, mengirimkan pesan ancaman dengan maksud asli maupun palsu, menyebarkan gambar atau informasi untuk membuat orang lain malu dan ada juga yang menyebarkan gambar atau informasi personal seseorang untuk menghina orang lain,” ujarnya.

Hal ini tentu dapat mengakibatkan orang tersebut menjadi setres, depresi, malu, marah dalam mentalnya dan dirinya juga dapat merasa trauma dan merasa dirinya tidak bahagia lalu fisiknya merasa sulit tidur gelisah cemas dan sakit kepala.

“Harusnya kita tak boleh menyalahgunakan teknologi yang canggih ini menjadi hal yang berbau negatif. Harusnya posisikan diri sebagai penerima pesan seperti saring sebelum sharing,” tuturnya.

Selanjutnya narasumber terakhir H.Abdul Hafiz, M.Pd.I, membawakan materi terkait budaya digital. Ia menyampaikan digital culture adalah sebuah konsep gagasan bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk cara berinteraksi.

Kini budaya digital sudah menjadi tatanan kehidupan baru masyarakat, hal ini juga mempengaruhi gaya interaksi mereka sehingga menimbulkan media sosial, berbelanja online, melakukan pembayaran digital, pendidikan online, dan work form home (wfh).

“Berbelanja online sangat menggoda apalagi ketika ada promo besar-besarran namun, menabung jauh lebih penting untuk beriventasi masa depan,” paparnya.

Ia menanyakan berbelanja online apa menabung, ia menyatakan bahwa menabung adalah salah satu cara menghindari sifat konsumtif sekaligus melatih diri membuat keputusan antara keinginan dan kebutuhan. “Kalu hanya keinginan, lebih baik uangnya ditabung,” ucapnya.

Kemudian ia memberikan quote “kalau Anda ingin menjadi kaya bukan berapa uang yang Anda hasilkan tapi yang paling penting adalah berapa uang yang anda simpan,” tandasnya.(mj-40/sir)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *