MARTAPURA, koranbanjar.net – Seminar sejarah Resistensi Kerajaan Pulau Laut dilaksanakan di aula Guest House Sultan Sulaiman di Martapura, Kamis (10/10/2019).
Seminar sejarah ini merupakan rangkaian kegiatan Lembaga Adat Kerajaan Pulau Laut (LAKPL) dalam upaya pelestarian adat dan budaya banua agar tidak simpang siur dan hilang ditelan kemajuan zaman. Diikuti sekitar 250 peserta dari pelajar kabupaten kota dan undangan.
Dikatakan Ketua LAPKL H Gusti Rendy Firmansyah SE MM, ada tiga kegiatan yang dilaksanakan dan difasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Kebudayaan (Ditjen), dan LAKPL.
Pertama, lomba penulisan artikel sejarah Kerajaan Pulau Laut untuk tingkat pelajar SMA sederajat se Kalsel. Kedua, seminar sejarah tentang resistensi Kerajaan Pulau Laut terhadap kolonial Belanda di mata generasi muda.
Kegiatan ketiga ialah lawatan sejarah yang diagendakan tanggal 15 Oktober 2019.
Hal mendasar dalam even seminar sejarah dan budaya itu, ialah kegiatan adat bagi LAKPL dengan dikukuhkannya koordinator wilayah, dewan pembina, dan dewan penasehat.
“Korwil ini di bawah LAKPL dengan kata lain kepanjangan dari lembaga adat,” kata Gusti Rendy.
zuriah dari raja pertama Kerajaan Pulau Laut Pangeran Jaya Sumitra ini juga memaparkan, korwil yang dikukuhkan terdiri korwil Kotabaru, Tanah Laut, Martapura, Banjarbaru, Balikpapan, dan Bogor.
Dewan Pembina Adat, peruntukannya terhadap zuriah keluarga pagustian secara umum.
Lalu, ada Dewan Kehormatan Adat, peruntukan bagi sesepuh pagustian dan orang-orang yang mempunyai andil dalam memberikan masukan dan pemikiran kepada LAKPL.
Dijelaskan Gusti Rendy, kiprah LAKPL berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton dan Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah.
Ada beberapa hal digaris bawahi dalam konteks sejarah dan budaya melalui bantuan pemerintah pusat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Ini memberikan efek terhadap generasi muda sebagai roh suatu daerah, jangan sampai sejarah banua itu hilang,” pesannya. (dya)