Pemko Banjarbaru Carikan Solusi Pendulangan Intan Cempaka

BANJARBARU, KORANBANJAR.NET – Wali Wali Kota Banjabaru, Darmawan Jaya Setiawan menyampaikan Pemko Banjarbaru akan mencari solusi terbaik untuk kawasan pendulangan intan di Desa Pumpung, Kecamatan Cempaka Banjarbaru.

Rencana tersebut dipertimbangkan menyusul tewasnya lima orang pendulang tradisional karena tertimpa tanah longsor saat mendulang intan di Desa Pumpung, Kecamatan Cempaka, Banjarabaru, Senin (8/4/2019) siang.

“Kemarin kita fokusnya ke korban dulu. Saat ini kami dengan Pak Wali Kota masih dalam diskusi internal untuk mencoba bagaimana kita membuat tambang (intan) dengan cara tradisional namun aman. Sedangkan untuk ke depannya kewenangan pertambangan itu ada di provinsi,” ujar Darmawan Jaya Setiawan kepada wartawan saat dirinya menghadiri Musrenbang, di Gedung Idham Chalid, Banjarbaru, kemarin (9/4/2019).

Pemko Banjarbaru, lanjut Darmawan, akan melihat dari sudut pandang pendulangan intan di wilayah Cempaka dari sisi kepariwisataannya, agar masyarakat tetap bisa bekerja sebagai pendulang intan yang sekaligus mampu meningkatkan daya tarik wisatawan.

“Karena dulu-dulunya kata tokoh masyarakat banyak orang dari luar negeri datang melihat tambang di situ,” imbuhnya.

Darmawan menceritakan, tokoh masyarakat di Cempaka telah menyarankan agar aktivitas penambangan intan di wilayah Cempaka ditiadakan.

Namun, diakui Darmawan, saran tersebut tentu akan sulit dipatuhi mengingat banyak masyarakat setempat menjadikan pendulangan intan sebagai mata pencaharian utama mereka sehari-hari.

“Selain itu sejarah penemuan intan terbesar bernama intan trisakti ada di temukan di Cempaka itu,” tuturnya.

Jadi, kata Darmawan, pihaknya perlu duduk bersama dengan melibatkan banyak pihak untuk bisa merumuskan solusi terbaik bagi kawasan pendulangan intan di Cempaka agar tidak lagi menelan banyak korban.

“Dari masyarakat saja ada yang menjuluki daerah itu (pendulangan intan di Desa Pumpung) dengan sebutan daerah ‘isi mayit’ karena memang sudah cukup banyak menelan korban. Dalam setahun, dua tahun ini saja sudah sangat banyak memakan korban, malah beberapa bulan lalu juga ada satu korban. Jadi perlu duduk bersama untuk mendapatkan solusinya,” pungkasnya.

Peristiwa longsornya tanah pada kawasan pendulangan intan di Desa Pumpung Banjarbaru, Senin itu, makin menambah deretan panjang daftar pendulang intan yang tewas di Desa Pumpung.

Dari catatan koranbanjar.net, ada tujuh pendulang yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut. Dua di antaranya, Ardi dan Ipul, selamat, namun lima rekan sekelompoknya, Muhammad atau Jumat, Aulia Rahman atau Aau, Rofii atau Jomang, Noval atau Oval, Saltani atau Toni, tewas tertimbun tanah longsor.

Pencarian dan evakuasi kelima korban tersebut memerlukan waktu 14 jam. (ykw/dny)